Minggu, 04 Desember 2011

Sebuah Kesaktian, Raja Ompu Pioan yang Terabaikan di Kec. Nainggolan-Samosir

Ratusan tahun silam di Pulau Samosir, Raja Ompu Pioan dikenal dengan kesaktiannya, kesaktian “Parsangkalia Simatani Ari Tali Tumali” ini merupakan Raja keturunan dari Toga Nainggolan yaitu Toga Sihombar (Tungkup Raja). Kesaktiannya yang dahulu kala digunakan untuk mengalahkan musuh cukup dikenal di bumi samosir sampai ke Humbang Hasundutan. Berikut kisah singkat Raja Ompu Pioan yang dituturkan oleh salah seorang Tokoh tertua yang sudah memiliki usia lebih dari 90 tahun ini yang masih tampak segar dan mampu melakukan aktipitas sehari-hari di Bonapasogit Nainggolan, nenek ini adalah nenek yang dalam budaya batak memangku gelar sebagai Istri Nagari Lumban Tungkup. (Op.Sarma Br.Rajagukguk).










Tali Kesaktian Raja Ompu Pioan

Raja Ompu Pioan dengan kesaktiannya “Parsangkalia Simatani Ari Tali Tumali” gemar bersosialisasi dengan bertandang ke daerah-daerah lain diluar Kecamatan Nainggolan, sesuai pada jaman dahulu, perang antar kampung merupakan sebuah tradisi yang turun temurun untuk merebut wilayah kerajaan di tanah batak. Raja Ompu Pioan melakukan perjalanan jauh hingga ke Kabupaten Humbang Hasundutan yang sesuai sejarah terdapat banyak raja-raja di sana salah satunya yaitu Raja Sihombing. Proses perebutan wilayah kerajaan di tanah batak menjadi sebuah peluang emas bagi Raja Ompu Pioan yang mengandalkan kesaktiannya “Parsangkalia Simatani Ari Tali Tumali”. Raja Sihombing menawarkan sebuah tawaran yang cukup menantang bagi Raja Ompu Pioan, yaitu dengan sebuah tawaran perjanjian yakni “Jika Raja Ompu Pioan mampu membantu Raja Sihombing menahlukkan musuh dalam merebut atau mempertahankan wilayah kerajaan Sihombing di Humbang Hasundutan, maka Raja Ompu Pioan diperkenankan mempersunting putri Raja Sihombing” Keyakinan Raja Ompu Pioan dengan kesaktiannya yang tak diragukan itu, menguatkan semangan Raja Ompu Pioan untuk menerima tawaran tersebut sehingga Raja Ompu Pioan memutuskan untuk membantu Raja Sihombing dalam pertarungan perebutan wilayah kerajaan di Humbang Hasundutan. Dengan kesaktian Raja Ompu Pioan menggunakan kesaktian “Parsangkalia Simatani Ari Tali Tumali”, musuhpun seketika ditahlukan karena sesuai sejarah, dengan menggunakan kesaktian tersebut yakni dengan cara mengayunkan tali melingkari seluas musuh yang akan diserang, sehingga musuh-musuh yang sudah menyentuh tali kesaktian tersebut akan lumpuh dan tak bergerak (linglung/kehilangan akal pikiran).


Kemenangan yang diperoleh Raja Ompu Pioan tersebut akhirnya diupahi sesuai kesepakatan yang sudah di sepakati terlebih dahulu bersama Raja Sihombing yaitu dengan memberikan putrinya untuk dipersunting oleh

Raja Ompu Pioan, bukan hanya kesepakatan itu saja, Raja Ompu Pioan juga di beri upah lain berupa harta karun dan sebidang tanah di Humbang Hasundutan kemudian dengan bangga Raja Ompu Pioan membawa pulang putri Raja Sihombing ke Bonapasogit Nainggolan untuk dipestakan sesuai hukum adat istiadat yang berlaku bagi Kerjaan Nainggolan di Samosir. Dari Hasil perkawinan Raja Ompu Pioan dengan Br.Hombing dari Sipultak Humbang Hasundutan, lahirlah 6 (enam) putranya yaitu 1.Pioan tinggal di Nainggolan, 2.Hagoaran tinggal di Siborotan Nainggolan, 3.Sionggang tinggal di Lontung-Tomok, 4.Huta Sada tinggal di Huta Saribu-Humbahas, 5.Tonggam Mulia tinggal di Lumban Hariara-Pahae dan yang ke 6.Gundas.










Op.Sarma Br.Rajagukguk (Penjaga Tali Kesaktian)

Kemudian, setelah berselang beberapa puluh tahun, perang antar kerjaan di wilayah Humbang Hasundutan kembali terjadi, sehingga Raja Sihombing memanggil kembali Raja Ompu Pioan yang sudah menjadi bagian dari keluarganya karena telah mempersunting putrinya. Mendapat undangan itu Raja Ompu Pioan dengan sigap bergegas menuju kampung mertuanya di Sipultak Humbang Hasundutan untuk segera menahlukkan musuh-musuh yang ingin merebut kembali wilayah kerjaan Sihombing tersebut. Sesampainya di Sipultak Humbahas, Raja Ompu Pioan bersama dengan pasukan kerjaan Raja Sihombing melakukan penyerangan terhadap musuh-musuh yang ingin merebut wilayah kerajaan tersebut, mengandalkan kesaktiannnya “Parsangkalia Simatani Ari Tali Tumali”, Raja Ompu Pioan untuk kedua kalinya dengan cepat melumpuhkan seluruh lawan yang tertekuk seketika. Akan tetapi, rupanya ketika perang sedang berlangsung, karena semangat yang sudah berapi api dari seluruh keturunan kerajaan Sihombing tersebut, salah seorang wanita atau menantu dari Raja Sihombing (Istri dari Anak Raja Sihombing) turut dalam perang melawan musuh kerajaan, tepat pada penahlukan terakhir musuh-musuh kerajaan Sihombing, Raja Ompu Pioan menggunakan kesaktiannya dengan membentangkan Tali kesaktian tersebut melingkari sisa-sisa musuh yang masih berduyun tersebut ke arah mereka, seketika tahluk lah sudah sisa-sisa musuh kerajaan Sihombing tersebut dalam lingkaran Tali kesaktian Raja Ompu Pioan, malangnnya ketika tali kesaktian tersebut dibentangkan, rupanya menantu Raja Sihombing (istri anak Raja Sihombing) yang dalam bahasan batak istri anak Raja Sihombing tersebut disebut Inang Bao bagi Raja Ompu Pioan ikut terseret dalam lingkaran Tali Kesaktian Raja Ompu Pioan yang mengakibatkan pengaruh yang mengalami kesalahan fatal dimana sesuai kekuatan dari Tali Kesaktian Raja Ompu Pian, bahwa setiap orang baik musuh dll yang terkena dengan lingkaran tali tersebut termasuk Inang Baonya yang terkena tersebut akan mengalami perobahan sikap yang dari Kebencian tiba-tiba berubah menjadi Rasa Suka/sayang dan takut kepada pemilik tali yaitu Raja Ompu Pioan. Istri Anak Raja Sihombing tersebut (Inang Bao ni Raja Ompu Pian) seketika berubah drastis oleh pengaruh kekuatan Tali Kesaktian tersebut, sementara dalam hukum adat batak bahwa yang disebut Mar Bao adalah hal yang sangat-sangat dijaga dengan sangat hormat tidak bisa sembarang bertemu atau berbicara karena hal tersebut dalam Adat Istiada Batak Toba adalah hal yang dipantangkan. Namun akibat pengaruh dari kekuatan kesaktian Raja Ompu Pioan, Inang Baonya malah mengungkapkan rasa cinta kepada Raja Ompu Pioan yang dalam adat batak sangat dilarang keras. Konsukuensi dari hukum yang berlaku dalam kekuatan kesaktian Raja Ompu Pioan, mau tidak mau harus diterima, sehingga se usai perang, Inang Baonya harus di nikahi diam-diam dan tidak bisa diketahui oleh Pihak kerjaan Sihombing yang dalam hal tersebut merupakan istri dari Anak Raja (nialap ni Lae ni Raja Ompu Pioan). Raja Ompu Pioan menyembunyikan peristiwa tersebut karena takut mengingat hukum yang sudah turun temurun berlangsung dalam adat istiadat orang batak toba, Inang Baonya terpaksa di nikahi di sebuah tempat yang tersebunyi di huta Humbang Hasundutan, namun malang tak lama kemudian aib tersebut diketahui pihak Kerajaan Raja Sihombing yang dengan sentak memicu kemarahan besar pihak Kerajaan Sihombing karena Raja ompu Pioan dinilai sudah melakukan hal yang sangat terlarang dalam adat istiadat orang batak toba, sehingga kemarahan pihak kerjaan Sihombing berlanjut dengan melakukan pencarian Raja Ompu Pioan di wilayah Humbang Hasundutan, lalu nasib Raja Ompu Pioan berakhir tragis ketika Pihak Kerjaan telah menemukan persembunyian mereka di huta, Raja Ompu Pioan terpaksa di bunuh dengan cara tragis yang akhirnya Raja Ompu Pioan meninggal dunia di Humbang Hasundutan. Kabar duka ini juga segera disampaikan ke kampung halaman Raja Ompu Pian di Lumban Sona yang saat ini sudah menjadi salah satu kelurahan di Nainggolan yaitu Kelurahan Sirumahombar (Tempat Penulis Legenda ini berdomisili). Mengetahui berita tersebut, pihak keluarga Raja Ompu Pioan tak dapat berbuat banyak karena hal tersebut memang bertentengan dengan hukum adat batak toba, pihak keluarga Raja Ompu Pioan menunggu beberapa lama hingga amarah pihak Kerjaan Sihombing di Humbahas mereda lalu keluarga Raja Ompu Pioan dengan acara adat mendatangi keluarga Raja Sihombing di Humbahas guna memohon izin agar Tulang Benulang Raja Ompu Pioan dapat di bawa pulang ke tempat asalnya bersama Tali Kesaktian Raja Ompu Pioan ke Nainggolan-Samosir. Dengan merasa tak berdaya dan masih mengalirnya darah kekeluargaan dimana pada saat itu istri raja Ompu Pioan turut datang memohon kepada orang tuanya agar Tulang Benulang suaminya yaitu Raja Ompu Pioan dapat dibawa kembali ke Nainggolan, akhirnya Pihak Raja Sihombing menyetujui permohonan mereka dengan damai. Semenjak itu juga hubungan kekeluargaan antara Kerajaan Sihombing dengan Kerajaan Lumban Tungkup kembali membaik dan Tulang Benulang Raja Ompu Pioan di makamkan di lokasi tanah kerajaan yang saat ini digunakan sebagai lokasi Gedung Sekolah SMP KHBP Nainggolan di Simpang IV Nainggolan. Sayangnya makam kerajaan Raja Ompu Pioan tersebut tidak terawat bahkan sebagian besar keturunan Keluaerga Besar Nainggolan Lumban Tunngkup tidak mengetahui hal tersebut dan tidak tau dimana maka Nenek Moyangnya sendiri kecuali Pihak tema BONPAS yang sudah dua kali telah menyadari hal tersebut sehingga tepat pada detik-detik malam pergantian tahun, Tim Creatif BONPAS mengadakan upacara Seribu Satu Lilin di Tembok Sejarah Raja Ompu Pioan Nainggolan tepatnya di Simpang IV Nainggolan-Samosir. Sedangkan Tali Kesaktian Raja Ompu Pioan yang terbuat dari bahan-bahan yang tidak dapat kami simpulkan dari apa dengan pegangan tulang lengan manusia dibalut dengan perak bertuliskan tulisan batak kuno saat ini disimpan di Kediaman Nagari Lumban Tungkup tepatnya di Kelurahan Sirumahombar.











Moment 1001 Lilin Tahun 2010/2011 di Simp. IV Nainggolan

Sesuai petunjuk dari Penyimpan Tali Kesaktian Raja Ompu Pioan yang dalam hal ini masih merupakan Nenek dari Penulis Kisah ini mengatakan: “Tidak sembarang orang yang dapat melihat benda tersebut, kecuali yang berkunjung masih memiliki hubungan kekeluargaan dengan Nainggolan dan jika memang pengunjung merupakan orang yang berkeinginan baik untuk melihat langsung Tali Kesaktian tersebut, diperbolehkan dengan syarat tidak berpikir yang aneh-aneh atau niat buruk, karena sesuai kesaksian dari Nenek kami, bahwa tak sedikit pengunjung tiba-tiba gemetar dan keringat lalu pingsan ketika melihat Benda Bersejarah tersebut dikarenakan adanya kebohongan dalam dirinya dimana dia mengklaim bahwa dia masih keturunan Nainggolan guna diberi izin melihat benda bersejarah tersebut. Tak sedikit juga kejadian aneh di ceritakan oleh Nenek penyimpan dan penjaga Benda Bersejarah tersebut, banyak pengunjung yang berusaha mengabadikan foto dari benda bersejarah tersebut tidak berhasil atau foto rusak total.

Hal itu di jelaskan neke yang sudah berusia lebih dari 90 tahun ini agar sebelumnya pengunjung dapat dengan selamat melihat langsung benda bersejarah milik Raja Ompu Pioan tersebut. Saya cukup beruntung karena untuk pertama sekali melihat Benda Bersejarah ini, saya mendapat kesempatan untuk mengabadikan Benda Bersejarah milik nenek moyang kami, besar kemungkinan karena saya merupakan salah satu keturunan dari Raja Ompu Pioan Nainggolan Lumban Tungkup. Sebagai salah satu upaya melestarikan Sejarah Nenek Moyang kita, tim BONPAS mengajak seluruh pecinta sejarah untuk tetap menghargai Sejarah Nenek Moyang kita dan khusus bagi setiap pengunjung blogger BONA PASOGIT NAINGGOLAN, bersama ini kami undang untuk turut berpartisipasi melakukan kegiatan Gotong Royong bersama dan Penataan Taman di wilayah Makam Raja Ompu Pioan yang akan dilakukan pada tanggal, 26 dan 29 Desember 2011 nanti bertempat di Jl.Ompu Pioan Simpang IV Nainggolan-Samosir yang nantinya akan dilanjutkan dengan peringatan Malam Pergantian Tahun dengan Acara Penyalaan 1001 lilin di Tembok Sejarah Raja Ompu Pioan-Nainggolan pada tanggal, 31 Desember 2011 pukul 24.00 WIB. Bagi yang berminat, dapat menghubungi kami di Nomor Telepon/Hp.08126517842 An.Holmes Nainggolan atau facebook Holmes Nainggolan dan juga facebook page BONA PASOGIT NAINGGOLAN

Bonpasnews

Tidak ada komentar:

Posting Komentar