Sabtu, 17 Desember 2011

Berlayar Demi Rempah-rempah (2)

Petualangan mencari rempah-rempah juga dilakukan Spanyol. Alih-alih melewati jalur selatan memutari benua Afrika Christopher Columbus melewati jalur barat dan malah terdampar di benua baru Amerika. Untuk meyakinkan bahwa dia tidak gagal dia menamakan rakyat pribumi sebagai ‘orang India’ / Indian dan menamakan cabe sebagai ‘merica merah’ (red pepper) istilah yang membuat bingung sampai saat ini.


Mesjid Ternate 1930

Paus Alexander IV membuat perjanjian Tordesillas yang membagi wilayah penjelajahan supaya tidak berebutan: Spanyol kearah barat, Portugis ke timur. Tapi Spanyol tetap ingin menemukan pulau rempah itu dan mengira-ngira bahwa berlayar terus ke baratpun bisa menuju ke pulau rempah lalu mengutus Ferdinand Magellan berlayar terus ke barat yang menjadikannya orang pertama yang berlayar mengitari bumi. Magellan terbunuh di Filipina dan perjalanan dilanjutkan oleh sahabatnya Sebastian del Cano yang berhasil sampai di kepulauan rempah. Kapal Victoria kembali pada tahun 1522 dengan berton-ton rempah. Del Cano diberi penghargaan oleh raja berupa lambang berhiaskan dua batang kayumanis, tiga pala dan dua belas cengkeh.

Lambang untuk Del Cano
Pada 1511 Portugis merebut Malaka. Dari penyelidikan disana mereka mengetahui pulau rempah kecil yang merupakan satu-satunya tempat sumber dari pala dan kemiri, pulau kecil bernama Banda. Sampai sekarang pala merupakan bahan penting dalam resep rahasia Coca Cola.


Sepanjang abad ke 16 Spanyol dan Portugis berebut untuk bisa memperoleh pengaruh diarea ini. Kerajaan-kerajaan di Maluku ada beberapa dan mereka bersaudara dan juga saling berperang. Portugis berhasil mengadu domba kerajaan keluarga ini, mengangkat Sultan untuk keuntungan mereka. Portugis akhirnya menjadi pemain utama dalam perdagangan cengkeh. Belanda yang gelisah ingin turut serta berhasil menjadi distributor Portugal untuk Eropa bagian utara dan barat. Ketika Potugal jatuh ke Spanyol pada 1580, Belanda tidak lagi menjadi distributor mereka dan perdagangan dikuasai Spanyol dan menaikkan harga disemua benua.


Crown Jewels Ternate Indonesia


Istana Ternate dipenuhi keharuman dupa dari rempah-rempah lokal, dijejali hadiah dari konsumen-konsumen jauhnya: vas dari cina, belati India yang diukir teliti, pecah-belah Venesia. Mahkota sultan dihiasi dengan bebatuan bergelantungan berwarna-warni.


Belanda tidak mau tinggal diam. Dengan pengalaman mengetahui seluk beluk perdagangan rempah, pada tahun 1602 mereka membentuk the Vereenigde Oost-Indische Compagnie, VOC (Perusahaan Belanda India Timur) - asosiasi pedagang untuk mengurangi kompetisi, mengurangi resiko dan memperbesar skala ekonomi. Negara-negara Eropa yang lain juga membentuk East India Company yang anggotanya mulai dari Portugis, Swedia sampai Austria.


Tapi tidak ada yang bisa menandingi kesuksesan VOC. Pada tahun 1670 perusahaan ini merupakan perusahaan terkaya di dunia dengan dividen kepada pemegang sahamnya mencapai 40 %. Pegawainya 50.000 orang, 30.000 ‘centeng’ dan 200 kapal yang sebagiannya bersenjata. Rahasia suksesnya: ‘Mereka tidak punya keberatan terhadap apapun.’


Tujuan pertama VOC adalah Banda. Banda tidak pernah mengijinkan Portugis atau Spanyol mendirikan benteng. Sultannya sangat netral dan ingin berdagang dengan siapapun. Jan Pieterszoon Coen berhasil meyakinkan sultan Banda bahwa dia diutus Tuhan untuk memonopoli perdagangan pala dengan cara memenggal setiap pria berusia limabelas tahun keatas. Coen membawa tentara bayaran Jepang untuk menyiksa pemimpin desa dan kepalanya ditusuk di tiang. Populasi dipulau itu sebelumnya 15.000 orang dan 15 tahun setelah kedatangan VOC tinggal 600 orang. Dari berlayar menjadi memenggal demi rempah-rempah.



Des Alwi dan pohon pala

mita

Tidak ada komentar:

Posting Komentar