Minggu, 25 Desember 2011

Keluarnya Ad-Daabbah

TANDA QIYAMAH KUBRA (KIAMAT BESAR) : KELUARNYA AD-DAABBAH


laa-illaha-illallah2



Oleh: Ustadz Achmad Rofi’i, Lc.


السلام عليكم ورحمة الله وبركاته




Muslimin dan muslimat yang dirahmati Allah سبحانه وتعالى,


Tema bahasan kali ini adalah Tanda Hari Kiamat Besar, yang disebut Khuruj Ad Daabbah (Keluarnya Binatang Melata). “Daabbah” artinya segala sesuatu yang merangkak di atas bumi. Tetapi untuk perkara ini, tidak akan dijelaskan apa arti Daabbah itu, karena para ‘Ulama Ahlus Sunnah-pun berbeda pendapat.




Kita sudah bahas sebelum ini Tanda-Tanda Besar Kiamat, antara lain: Turunnya Imam Mahdi, Munculnya Dajjal, Turunnya ‘Isa Ibnu Maryam عليه السلام, Munculnya Ya’juj wa Ma’juj, Terbitnya matahari dari sebelah Barat; maka yang kita bahas kali ini adalah Ad Daabbah. Perkara turunnya Ad Daabbah ini tidak bisa dibantah dengan akal, tetapi kita harus meyakininya dengan Iman, apakah perkara ini masuk akal ataukah tidak. Karena Allah سبحانه وتعالى telah berfirman tentangnya dalam Al Qur’an, misalnya pada Surat An Naml dan beberapa Hadits Rasulullah صلى الله عليه وسلم.



Bahasan kali ini akan berisi beberapa perkara :




  1. Dalil mengapa kita harus beriman kepada munculnya Ad Daabbah, yang menyebabkan kita tidak boleh ragu dan harus yakin.

  2. Apakah Ad Daabbah itu.

  3. Kapan keluarnya Ad Daabbah.

  4. Dari mana munculnya Ad Daabbah.


  5. Apa yang akan dilakukan oleh Ad Daabbah.


Apa yang disampaikan diatas adalah disarikan dari Kitab Asyrootussaa’ah yang ditulis oleh Syaikh Yuusuf bin ‘Abdillaah bin Yuusuf Al Waabil.


Beriman kepada Ad Daabbah merupakan kesatuan yang tidak terpisahkan dari keimanan kita sebagai umat Muhammad صلى الله عليه وسلم. Sebagaimana kita meyakini adanya surga dan neraka, sebagaimana kita tahu adanya Mu’min dan adanya Kaafir, dan selanjutnya masih banyak perkara-perkara yang harus kita imani, diantaranya kita harus mengimani tentang adanya peristiwa yang akan terjadi di Akhir Zaman, yaitu keluarnya Ad Daabbah. Dalam Al Qur’an Surat An Naml ayat 82 Allah سبحانه وتعالى berfirman :




وَإِذَا وَقَعَ الْقَوْلُ عَلَيْهِمْ أَخْرَجْنَا لَهُمْ دَابَّةً مِّنَ الْأَرْضِ تُكَلِّمُهُمْ أَنَّ النَّاسَ كَانُوا بِآيَاتِنَا لَا يُوقِنُونَ


Dan apabila perkataan telah jatuh atas mereka, Kami keluarkan sejenis binatang melata dari bumi yang akan mengatakan kepada mereka bahwa sesungguhnya manusia dahulu tidak yakin kepada ayat-ayat Kami.



Maksudnya, jika telah tiba apa yang menjadi pernyataan (apa yang telah Allah سبحانه وتعالى takdirkan) terhadap jadwalnya, ketentuannya bahwa binatang (Ad Daabbah) itu harus keluar ke muka bumi, maka akan keluar lah Ad Daabbah tersebut tepat sesuai dengan kehendak Allah سبحانه وتعالى, terhadap mereka (manusia yang Mu’min dan manusia yang Kaafir).



Kita sudah bahas dalam kajian-kajian kita yang lalu, bahwa di akhir zaman nanti sudah tidak ada orang mu’min. Tetapi pada masa keluarnya Ad Daabbah masih ada orang Mu’min-nya. “Ad Daabbah” dalam ayat tersebut maknanya bukan satu, melainkan sekelompok. Artinya, bisa berjumlah sangat banyak.


Lalu dijelaskan oleh Allah سبحانه وتعالى bahwa Ad Daabbah itu keluar dari tanah, bukan dari rumah, kendaraan atau gedung.


Apa yang dilakukan oleh Ad Daabbah?



Disebutkan dalam ayat tersebut: Tukallimuhum (تُكَلِّمُهُمْ) (berkalam, berbicara). Ad Daabbah akan berbicara kepada mereka (manusia), bahwasanya manusia itu terhadap ayat-ayat Allah سبحانه وتعالى tidak yakin (tidak beriman). Itu diucapkan oleh Ad Daabbah untuk memberi tahu kepada manusia bahwa penyebab kemunculannya adalah merupakan tanda bahwa akhir zaman sudah tiba dan manusia sudah semakin rusak, karena mereka tidak yakin terhadap apa-apa yang datang dari Allah سبحانه وتعالى dan Rasulullah صلى الله عليه وسلم. Jadi, kemunculan Ad Daabbah merupakan pemberitahuan terhadap tanda telah dekatnya hari Kiamat.


Menurut Ulama Ahlus Sunnah Imaam Ibnu Katsiir رحمه الله, beliau menukil apa yang diriwayatkan pendahulunya yaitu Shahabat Abdullaah bin ‘Abbas رضي الله عنه, kata beliau bahwa kalimat “Tukalimuhum” dalam ayat tersebut (Surat An Naml ayat 82) maknanya adalah: “Melukai mereka”. Binatang itu akan “menulis” pada setiap dahi manusia. Dahi orang Kaafir ditulis “Kaafir”. Pada dahi orang Mu’min ditulis “Mu’min”.



(“Melukai” atau “menulis” pada dahi setiap manusia itu adalah sebagaimana orang yang men-Tattoo tubuhnya. Karena sebetulnya men-tattoo tubuh itu hakekatnya adalah melukai dengan bentuk tulisan atau gambar. Dalam bahasa Arab disebut Al Wasmu (الوشم). Dan itu sudah dikenal sejak dahulu kala. Orang yang melakukannya adalah terkutuk.


Dalam Hadits Riwayat Al Imaam Al Bukhaary no: 5931 dan Riwayat Al Imaam Muslim no: 2125, dari Shahabat ‘Abdullaah bin Mas’uud رضي الله عنه, bahwa Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:



لعن الله الواشمات والمستوشمات …


Terkutuklah orang yang men-tattoo dan yang minta di tattoo”.




Dalam riwayat lain Shahabat Ibnu ‘Abbas رضي الله عنه mengatakan bahwa Tukallimu bermakna “Berbicara”, berkomunikasi dengan manusia.


Imaam Ibnu Katsiir رحمه الله mengatakan bahwa Ad Daabbah ini akan keluar di akhir zaman ketika manusia sudah semakin rusak. Ketika manusia sudah meninggalkan apa yang Allah سبحانه وتعالى perintahkan kepada mereka. Dan ketika manusia sudah merubah (menukar) Dien Islam yang benar menjadi Dien yang baathil.



Kata beliau Imaam Ibnu Katsiir رحمه الله selanjutnya, bahwa Allah سبحانه وتعالى mengeluarkan Ad Daabbah dari bumi, lalu binatang itu berbicara kepada mereka.


Sebetulnya kalau kita perhatikan bahwa 3 (tiga) keadaan seperti tersebut, sekarang ini sudah mulai terjadi, yakni bahwa :


1. Manusia sekarang sudah semakin rusak.


2. Manusia sekarang semakin meninggalkan Dienullooh.


3. Manusia sekarang sudah mulai menukar dengan Dien yang lain.


Manusia sudah semakin rusak, karena mereka sudah melakukan ma’shiyat. Misalnya, dengan perbuatan zina, maka penyakit menular merebak dimana-mana. Bukankah itu suatu kerusakan?


Bahkan kelaparan di suatu negeri adalah diakibatkan oleh perzinahan. Ketika manusia sudah tidak berhukum dengan Hukum Allah سبحانه وتعالى, maka menurut Rasulullah صلى الله عليه وسلم mereka tidak akan damai, akan selalu kisruh, dan akan selalu berperang.



Perhatikanlah Hadits berikut ini:



عن عطـاء بن أبى رباح عن عبد الله بن عمـر، قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : ” يَا مَعْـشَرَ الْمُـهَاجِرِيْنَ خَمْسٌ إِنِ ابْتُلِيْتُمْ بِهِنَّ وَنَـزَلَ فِيْكُمْ أَعُوْذُ بِاللهِ أَنْ تُدْرِكُوْهُنَّ :


1. لَمْ تَظْهَرِ الْفَاحِشَةُ فِىْ قَوْمٍ قَطٌّ حَتَّى يَعْمَلُوْا بِهَا إِلاَّ ظَهَرَ فِيْهِمُ الطَّاعُوْنُ وَالأَوْجَاعُ الَّتِيْ لَمْ تَكُنْ مَضَتْ فِيْ أَسْلاَفِهِمْ،


2. وَلَمْ يَنْقُصُوْا الْمِكْيَالَ وَالْمِيْزَانَ إِلاَّ أُخِذُوْا بِالسَّنِيْنَ وَشِدَّةِ الْمُؤْنَةِ وَجَوْرِ السُّلْطَانِ عَلَيْهِمْ،


3. وَلَمْ يَمْنَعُوْا الزَّكَاةَ إِلاَّ مُنِعُوْا الْقَطْرَ مِنَ السَّمَاءِ وَلَوْ لاَ الْيَهَـائِمِ لَمْ يُمْطَرُوْا،



4. وَلَمْ يَنْقُضُوْا عَهْدَ اللهِ وَعَهْدَ رَسُوْلِهِ إِلاَّ سَلَّطَ عَلَيْهِمْ عَدُوُّهُمْ مِنْ غَيْرِهِمْ وَأَخَذُوْا بَعْضَ مَا كَانَ فِيْ أَيْدِيْهِمْ،


5. وَمَا لَمْ يَحْكُمْ أَئِمَّتُهُمْ بِكِتَابِ اللهِ إِلاَّ أَلْقَى اللهُ بَأْسَهُمْ بَيْنَهُمْ”




Dari ‘Atha Bin Abi Rabbah رضي الله عنه dari ‘Abdullaah bin ‘Umar رضي الله عنه, telah bersabda Rasulullah صلى الله عليه وسلم: “Wahai segenap muhajirin ada lima perkara jika kalian ditimpa olehnya dan terjadi ditengh-tengah kalian – Aku berlindung pada Allah سبحانه وتعالى agar kalian tidak mengalaminya:



1. Tidaklah kekejian (zina) itu nampak pada suatu kaum sehingga mereka melakukannya, kecuali akan muncul ditengah-tengah mereka tho’un (penyakit menular) dan kelaparan yang belum pernah sedahsyat itu terjadi pada kaum-kaum sebelum mereka.


2. Tidaklah mereka mengurangi takaran dan timbangan, kecuali mereka akan ditimpa dengan kemarau panjang, beban hidup yang berat dan penguasa yang dzolim.


3. Tidaklah mereka enggan menunaikan zakat, kecuali mereka akan dihalangi dari hujan atas mereka; dan jikalau bukan karena Allah سبحانه وتعالى sayang pada binatang maka Allah سبحانه وتعالى tidak akan turunkan hujan bagi mereka.


4. Tidaklah mereka membatalkan ikatan perjanjian mereka dengan Allah سبحانه وتعالى dan Rosuul-Nya, kecuali musuh-musuh dari luar diri mereka akan menguasai mereka dan akan mengambil sebagian apa yang mereka miliki.


5. Dan tidaklah para pemimpin mereka berhukum dengan kitab Allah سبحانه وتعالى, kecuali mereka campakkan di tengah-tengah mereka kecekcokan.”




(HR. Imam Hakim dalam “Al-Mustadrok” Kitab “Al-Fitan wal Malaahim” No 8667 dan kata beliau sanadnya Shahiih dan Imaam Adz-Dzahaby menyepakati-nya, juga Imaam Ibnu Maajah dalam kitab yang sama no. 4019. Dan Syaikh Al-Albaany meng-Hasan-kan sanadnya sebagaimana dalam Silsilah Hadits Shohiih-nya 1/167-169 No.106).


Apa yang diperintahkan oleh Allah سبحانه وتعالى, malah mereka tinggalkan. Dan sekarang hal ini pun sudah terjadi. Lalu Dien Islam yang benar diubah-ubah, diganti, dan ditukar-tukar, contohnya antara lain dengan merebaknya Bid’ah dimana-mana.


Seharusnya dalam keseharian kita, kita hendaknya menjalankan Syari’at Allah سبحانه وتعالى, dari mulai perkara yang terkecil sampai dengan perkara yang terbesar. Jangan menganggap bahwa Islam itu cukup dijalankan hanya sebatas Shalat, Shaum, membayar Zakat dan melaksanakan Haji saja; lalu dalam perkara lainnya seperti ekonomi, sosial, kenegaraan dan sebagainya, kita enggan berhukum dengan Syari’at Allah سبحانه وتعالى. Ini adalah ketimpangan. Padahal didalam Islam, kita dituntut untuk menjalankannya secara menyeluruh (Kaafah).



Kalau ada orang mengatakan IPOLEKSOSBUD (Ideologi, Politik, Ekonomi, Sosial, Budaya), maka seharusnya itu semua berlandaskan kepada Firman Allah سبحانه وتعالى dan Sabda Rasulullah صلى الله عليه وسلم. Karena itu adalah merupakan pedoman hidup manusia, dan ketika hal itu tidak dipraktekkan, bahkan mereka lalu mempraktekkan IPOLEKSOSBUD yang bukan dari Allah سبحانه وتعالى dan Rasuul-Nya صلى الله عليه وسلم, tetapi menggunakan Undang-Undang buatan manusia, maka sesungguhnya yang demikian itu sudah bermakna mengubah, menukar atau mengganti Dienullaah.


Bila yang demikian itu sudah semakin dahsyat terjadi pada suatu zaman, maka Allah سبحانه وتعالى akan munculkan Ad Daabbah itu.


Dalam tafsir yang lain dari Al Imaam Al Aluusy dalam kitab beliau yakni Kitab “Ruuhul Ma’aani”, dikatakan bahwa “Tukallimuhum” artinya berbicara kepada manusia bahwa mereka tidak meyakini ayat-ayat Allah سبحانه وتعالى yang memberitakan akan datangnya hari Kiamat dan beberapa gejala-gejalanya, atau mereka tidak yakin dengan semua ayat, termasuk diantaranya ayat 82 Surah An Naml tersebut diatas.



Dalam Hadits tentang akan keluarnya Ad Daabbah dijelaskan oleh Rasulullah صلى الله عليه وسلم seperti diriwayatkan oleh Shahabat Abi Umaamah Al Baahily رضي الله عنه, dimana Hadits ini riwayatnya tersambung pada Rasulullah صلى الله عليه وسلم atau Hadits Marfuu’an (مرفوعا), diriwayatkan oleh Imaam Ahmad no: 22362 dan menurut Syaikh Syu’aib Al Arnaa’uth sanadnya shahiih, bahwa Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda :




تخرج الدابة فتسم الناس على خراطيمهم ثم يغمرون فيكم حتى يشترى الرجل البعير فيقول ممن اشتريته فيقول اشتريته من أحد المخطمين


Kemudian keluar Ad Daabbah lalu menulis pada muka (hidung dan dahi – orang kaafir) dan ia akan menyebar ke seluruh muka bumi, sehingga apabila ada seorang laki-laki membeli unta kemudian ditanyakan kepada orang itu dari siapa ia membeli unta tersebut, maka ia akan mengatakan : “Dari salah seorang yang bertanda di mukanya”.




Hadits itu menunjukkan bahwa Ad Daabbah akan keluar atas kehendak Allah سبحانه وتعالى.


Dalam Hadits yang diriwayatkan oleh Imaam Muslim no: 2949, dari Shahabat Abu Hurairah رضي الله عنه, bahwa Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda :



بَادِرُوا بِالْأَعْمَالِ سِتًّا طُلُوعَ الشَّمْسِ مِنْ مَغْرِبِهَا أَوْ الدُّخَانَ أَوْ الدَّجَّالَ أَوْ الدَّابَّةَ أَوْ خَاصَّةَ أَحَدِكُمْ أَوْ أَمْرَ الْعَامَّةِ


Bersegeralah kalian melakukan amalan sebelum munculnya enam perkara: Terbitnya matahari dari sebelah Barat, Ad Dajjal, Ad Dukhaan, Ad Daabbah atau terjadinya kematian atau terjadinya Hari Kiamat”.




Keterangan:


Dajjal, apabila ditinjau secara Bahasa, maka yang diistilahkan Dajjal itu sekarang sudah muncul. Yaitu orang-orang yang mengaku sebagai Nabi (padahal mereka sebenarnya adalah Nabi Palsu), dimana mereka diistilahkan sebagai Dajjal itu karena mereka adalah para pendusta ulung, dan orang-orang yang mengada-ada dalam masalah Dien.


Lalu Ad Dukhaan (asap), yang dunia ini akan dipenuhi oleh asap. Nanti akan kita bahas. Ad Daabbah yang akan keluar dari dalam bumi. Terbitnya matahari dari sebelah Barat, serta kematian.



Beriman kepada Hari Kiamat konsekuensinya adalah: Apa yang sudah kita persiapkan dalam menghadapi Hari Kiamat tersebut. Oleh karena itu, tidak usah menunggu munculnya perkara-perkara tersebut diatas, tetapi hendaknya kita segera beramal.


Dan pernah kita bahas tentang bahaya-nya At Taswiif (yakni menunda-nunda amalan, contohnya: “Nanti saja beramal shaalihnya, kalau sudah tua” atau “… kalau sudah pensiun”, dsbnya).


Itu adalah penyakit untuk menunda-nunda kebaikan yang sebenarnya ditularkan oleh setan, dan kita hendaknya jangan sampai terkena penyakit tersebut.



Hadits ketiga adalah Hadits dari Shahabat Hudzaifah Ibnu Usaid Al Ghifaari رضي الله عنه, yang diriwayatkan oleh Imaam Muslim no: 7468 dalam shahiihnya, bahwa beliau berkata:



كَانَ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- فِى غُرْفَةٍ وَنَحْنُ أَسْفَلَ مِنْهُ فَاطَّلَعَ إِلَيْنَا فَقَالَ « مَا تَذْكُرُونَ ». قُلْنَا السَّاعَةَ. قَالَ « إِنَّ السَّاعَةَ لاَ تَكُونُ حَتَّى تَكُونَ عَشْرُ آيَاتٍ خَسْفٌ بِالْمَشْرِقِ وَخَسْفٌ بِالْمَغْرِبِ وَخَسْفٌ فِى جَزِيرَةِ الْعَرَبِ وَالدُّخَانُ وَالدَّجَّالُ وَدَابَّةُ الأَرْضِ وَيَأْجُوجُ وَمَأْجُوجُ وَطُلُوعُ الشَّمْسِ مِنْ مَغْرِبِهَا وَنَارٌ تَخْرُجُ مِنْ قُعْرَةِ عَدَنٍ تَرْحَلُ النَّاسَ ». قَالَ شُعْبَةُ وَحَدَّثَنِى عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ رُفَيْعٍ عَنْ أَبِى الطُّفَيْلِ عَنْ أَبِى سَرِيحَةَ. مِثْلَ ذَلِكَ لاَ يَذْكُرُ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- وَقَالَ أَحَدُهُمَا فِى الْعَاشِرَةِ نُزُولُ عِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ -صلى الله عليه وسلم-. وَقَالَ الآخَرُ وَرِيحٌ تُلْقِى النَّاسَ فِى الْبَحْرِ


“Suatu ketika Nabi صلى الله عليه وسلم keluar menemui kami, sedangkan kami dalam keadaan satu-sama-lain mengingat ( maksudnya: seorang Shahabat mengingatkan Shahabat yang lain mengenai ilmu yang telah diajarkan oleh Rasulullah صلى الله عليه وسلم pent.), lalu beliau صلىالله عليه وسلم bertanya kepada kami: Apa yang kalian ingat (yang kalian perbincangkan untuk mengingat sesuatu)?



Kami (para Shahabat) menjawab: Kami sedang mengingat As Saa’ah (Hari Kiamat)”.


Beliau صلى الله عليه وسلم bersabda: Hari Kiamat tidak akan terjadi, sehingga kalian melihat sebelumnya muncul sepuluh tanda-tandanya:



  1. Terjadi tiga gerhana : (Gerhana) terjadi di belahan Timur,


  2. (Gerhana) di belahan Barat dan

  3. (Gerhana) di Jazirah Arab,

  4. Ad Dukhaan (asap),

  5. Dajjal,

  6. Dabbah (hewan melata diatas muka bumi),

  7. Ya’juj wa Ma’juj,


  8. Terbit matahari dari barat,

  9. Api keluar dari negeri Yaman, menggiring manusia ke tempat mereka dikumpulkan oleh Allah سبحانه وتعالى

  10. Turunnya ‘Isa putra Maryam عليه السلام



Maka pada saatnya nanti binatang Ad Daabbah akan muncul, dan kalau sudah muncul maka Kiamat sebentar lagi akan terjadi. Mudah-mudahan kita diselamatkan oleh Allah سبحانه وتعالى sebelum kemunculannya.


Lalu ada pula Hadits yang diriwayatkan oleh Imaam Muslim no: 2941, dari Shahabat ‘Abdullaah bin Amr bin Al ‘Ash رضي الله عنه, dimana beliau berkata :


“Aku hafal dari Rasulullah صلى الله عليه وسلم satu Hadits dan aku tidak pernah lupa sesudah itu, yaitu aku mendengar Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda :



إِنَّ أَوَّلَ الآيَاتِ خُرُوجًا طُلُوعُ الشَّمْسِ مِنْ مَغْرِبِهَا وَخُرُوجُ الدَّابَّةِ عَلَى النَّاسِ ضُحًى وَأَيُّهُمَا مَا كَانَتْ قَبْلَ صَاحِبَتِهَا فَالأُخْرَى عَلَى إِثْرِهَا قَرِيبًا



“Sesungguhnya tanda yang pertama kali akan keluar adalah keluarnya matahari dari sebelah Barat. Lalu akan keluar Ad Daabbah (binatang melata) dan keluarnya pada waktu Dhuha. Yang mana dari keduanya muncul, lalu akan muncul berikutnya”.



(Maksudnya, tidak ada jeda antara waktu kemunculannya).


Itulah beberapa landasan (dasar) bagi kita Ahlus Sunnah wal Jamaa’ah untuk meyakini tentang Ad Daabbah.



Apakah Ad Daabbah itu ?


Para ‘Ulama Ahlus Sunnah menjelaskan kepada kita bahwa Ad Daabbah pengertiannya ada enam :




  1. Imaam Al Qurthubi رحمه الله dalam Tafsir beliau, beliau رحمه الله mengatakan : “Pendapat yang paling utama untuk dijadikan pegangan bahwa yang dimaksud dengan Ad Daabbah adalah Fasil (anak unta yang baru disapih dari induknya) milik Nabi Shaalih عليه السلام. Menurut Imaam Al Qurthubi رحمه الله pendapat ini adalah yang paling shahiih. WAllahu a’lam.




  2. Ad Daabbah adalah manusia yang bisa berbicara, mendebat orang-orang Ahlul-Bid’ah, mendebat orang-orang kaafir, mendebat tukang dusta, dan dilakukan seterusnya seperti itu, sehingga yang menang adalah yang benar, yang kalah adalah kebathilan. Maksudnya, Ad Daabbah adalah manusia yang paham benar bagaimana menjatuhkan hujjah-hujjah dan argumentasi orang-orang kaafir dan Ahlul Bid’ah.



  3. Tetapi pendapat ini tidak dibenarkan oleh para ‘Ulama Ahlus Sunnah, sebagaimana kita temukan dalam perkataan Imam As Sakhaawy, dll.



  4. Ad Daabbah adalah semua binatang yang melata yang merupakan bibit dari semua hewan. Tetapi pendapat ini tidak disebutkan apakah pendapat yang kuat atau tidak. Bahkan pendapat pertama yang lebih beliau رحمه الله kuatkan.




  5. Ad Daabbah adalah binatang ular, yang katanya sekarang terpendam dalam dinding Ka’bah. Yang dihukum ketika dahulu orang-orang Quraisy akan membangun Ka’bah, lalu ular itu melukai orang dan kemudian dihukum dengan dipendam di dalam bawah Ka’bah. Pendapat yang ini disebutkan oleh Imaam Asy Syaukaani رحمه الله dalam tafsirnya : Fat-hul Qodiir.



  6. Ad Daabbah maknanya adalah binatang yang bertubuh tinggi, dan tingginya mencapai 60 kali 60 centimeter (36 meter).



  7. Pendapat dari orang-orang Rasionalis, bahwa Ad Daabbah artinya virus yang sangat membahayakan, yang bisa menyebabkan binasanya manusia. (dan pendapat ini dibantah oleh Syaikh Ahmad Syakiir)


Menurut Syaikh Abdurrahmaan As Sa’di رحمه الله, yang dimaksud Ad Daabbah adalah apa saja yang melata di atas bumi, dikeluarkan pada akhir zaman sebagai tanda dekatnya hari Kiamat, sebagaimana banyak Hadits menjelaskan masalah itu. Kata beliau Syaikh Abdurrahmaan As Sa’di رحمه الله (seorang Mufassir), Allah سبحانه وتعالى dan Rasuul-Nya صلى الله عليه وسلم tidak pernah menyebutkan bagaimana (seperti apa) binatang itu. Juga dalam hadits-hadits banyak disebutkan, tetapi tidak dijelaskan bagaimana sebetulnya binatang itu.


Kata beliau, yang disebutkan oleh Allah سبحانه وتعالى dan Rasuul-Nya صلى الله عليه وسلم adalah dampaknya. Dan munculnya Ad Daabbah itu merupakan tanda kebesaran Allah سبحانه وتعالى, dimana Ad Daabbah tersebut akan berbicara kepada manusia suatu perkataan yang luar biasa ketika perkara itu sudah Allah سبحانه وتعالى tetapkan kepada manusia, ketika manusia mengadakan perkara-perkara yang palsu tentang ayat-ayat Allah سبحانه وتعالى dan Dienullaah, sehingga Ad Daabbah itu merupakan bukti sebagai argumentasi bagi orang-orang yang beriman dan sebagai bantahan bagi orang-orang yang menolak/ mengingkari ayat-ayat Allah سبحانه وتعالى.



Ketika orang-orang sudah semakin kaafir, seperti terlihat sekarang ini, mereka ada yang mengatakan bahwa Al Qur’an itu bukan Kalamullaah.


Bahkan terjadi di Semarang seorang dosen mengajarkan di suatu IAIN (sekarang adalah UIN), dimana ayat-ayat Al Qur’an dituliskannya diatas kertas, lalu diinjaknya, untuk menunjukkan bahwa Al Qur’an itu bukan firman Allah سبحانه وتعالى, melainkan adalah makhluk. Na’uudzu billaahi min dzaalik.


Mereka merupakan satu bagian dengan Jaringan Islam Liberal (JIL).


Sekarang pun sudah mulai orang-orang mengatakan bahwa Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم adalah manusia biasa, yang bisa salah, dan bahwa Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم adalah Nespotis, dsbnya, yang diungkapkan oleh orang-orang seperti Jaringan Islam Liberal (JIL) tersebut. Orang-orang sudah mulai tidak meyakini kebenaran yang berasal dari Allah سبحانه وتعالى dan Rosuul-Nya صلى الله عليه وسلم, dan mereka semakin bergiat membantah kebenaran-kebenaran itu.



Ketika pembantahan-pembantahan demikian semakin marak, maka tidak mustahil Allah سبحانه وتعالى akan membuktikan kebenaran-Nya dan Allah سبحانه وتعالى Maha Berkuasa.


Ingatlah wahai kaum Muslimin, tentang ‘Abdul Muththalib (kakek Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم) yang mana beliau adalah sebagai “Penjaga” Ka’bah, dan ketika itu beliau masih musyrik. Lalu Raja Abraahah datang dari negeri Yaman ingin memindahkan Ka’bah ke negeri Yaman, tetapi Allah سبحانه وتعالى lah yang melindunginya, sehingga Allah سبحانه وتعالى menurunkan burung Abaabil, untuk menumpas pasukan Abraahah yang hendak menghancurkan Ka’bah itu. Padahal ketika itu belum lahir Rasulullah صلى الله عليه وسلم. Artinya belum di turunkan Al Islaam.


Hal ini diberitakan oleh Allah سبحانه وتعالى dalam QS. Al Fiil (105) ayat 1-5:




أَلَمْ تَرَ كَيْفَ فَعَلَ رَبُّكَ بِأَصْحَابِ الْفِيلِ ﴿١﴾ أَلَمْ يَجْعَلْ كَيْدَهُمْ فِي تَضْلِيلٍ ﴿٢﴾ وَأَرْسَلَ عَلَيْهِمْ طَيْراً أَبَابِيلَ ﴿٣﴾ تَرْمِيهِم بِحِجَارَةٍ مِّن سِجِّيلٍ ﴿٤﴾ فَجَعَلَهُمْ كَعَصْفٍ مَّأْكُولٍ ﴿٥﴾



  1. Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu telah bertindak terhadap tentara bergajah?

  2. Bukankah Dia telah menjadikan tipu daya mereka (untuk menghancurkan Ka`bah) itu sia-sia?,

  3. Dan Dia mengirimkan kepada mereka burung yang berbondong-bondong,

  4. yang melempari mereka dengan batu (berasal) dari tanah yang terbakar,

  5. lalu Dia menjadikan mereka seperti daun-daun yang dimakan (ulat).




Bila sekarang sudah diturunkan dan diajarkan Al Islaam, lalu mereka menyeleweng, dan mereka tidak takut kepada Allah سبحانه وتعالى, maka mereka seolah hendak menantang bukti dari Allah سبحانه وتعالى, dan itu adalah kesombongan yang nyata. Na’uudzubillaahi min dzaalik.


Dikatakan oleh penulis kitab tersebut yaitu Syaikh Yuusuf Al Waabil, kata beliau : “Adalah kewajiban bagi seorang Mu’min mengimani bahwa Allah سبحانه وتعالى akan mengeluarkan binatang Ad Daabbah berbeda dengan yang dikenal oleh orang, ia akan memberi cap-kaafir kepada orang kaafir dan memberi cap-Mu’min kepada orang yang beriman. Yang demikian itu merupakan bagian dari “Beriman kepada yang Ghaib” dimana Allah سبحانه وتعالى memuji kepada orang-orang yang mengimani-Nya.



Kesimpulannya :


Tentang Ad Daabbah itu kita tidak perlu sibuk mencari bentuknya Ad Daabbah itu seperti apa. Apakah ia sebagai Virus, atau apakah ia berupa Unta dll, tetapi sikap yang benar adalah : Serahkan saja hal itu kepada Allah سبحانه وتعالى dan Ad Daabbah akan dikeluarkan dari bumi, sebagai tanda dekatnya Hari Kiamat. Kita sebagai orang beriman harus mengimaninya sesuai dengan penjelasan para ‘Ulama Ahlus Sunnah diatas.



Kapan keluarnya binatang Ad Daabbah?


Menurut pernyataan Imaam Ibnu Hajar Al Asqolaani رحمه الله, beliau رحمه الله berkata :


Yang bisa kita tarik sebagai kesimpulan dari sekian banyak berita bahwa keluarnya Dajjal merupakan bukti awal yang memberi tanda akan berubahnya keadaan yang umum dalam seluruh keberadaan bumi. Semua itu akan diakhiri oleh meninggalnya ‘Isa Ibnu Maryam عليه السلام, yaitu Nabi ‘Isa عليه السلام yang akan meninggal dan akan disholatkan oleh kaum Muslimin ketika itu.”



Selanjutnya kata beliau: “Terbitnya matahari dari sebelah Barat merupakan tanda kebesaran Allah سبحانه وتعالى, tanda Hari Kiamat tentang akan terjadinya perubahan di alam semesta ini dan itu akan berkahir dengan terjadinya Hari Kiamat. Bisa jadi Ad Daabbah akan keluar pada hari itu (ketika matahari terbit dari Barat), waktunya seperti disebutkan dalam Hadits yakni adalah pada waktu Dhuha”.


Dimana akan keluarnya Ad Daabbah?


Ada dua penjelasan para ‘Ulama Ahlus Sunnah tentang masalah ini (– walaupun ada beberapa pendapat lainnya –), tetapi kedua penjelasan ini adalah lebih kuat.


Kata beliau رحمه الله, keluarnya Ad Daabbah itu dari arah Jabal As Sofa (Bukit Sofa), atau di Masjidil Haram di Makkah Al Mukkarromah (Makkah). Dimana hal ini dinyatakan oleh dua orang Shahabat yakni ‘Abdullaah bin ‘Umar bin Al Khaththaab رضي الله عنهما, dan juga dinyatakan oleh ‘Abdullaah bin Amr bin Al ‘Ash رضي الله عنهما.



Dan ini ada riwayatnya, Marfuu’ Haditsnya, bahwa binatang Ad Daabbah akan keluar dari Masjid paling besar, lalu mereka (manusia) menjadi terperanjat dan panik.


Pendapat kedua, mengatakan bahwa binatang Ad Daabbah akan keluar tiga kali. Pertama, dari perkampungan yang sangat jauh (pegunungan). Kedua, keluar dari wadi-wadi, lembah-lembah di daerah Thaif (dekat Mekkah). Ketiga, keluarnya dari Mekkah. Itu dijelaskan oleh para ‘Ulama Ahlus Sunnah, yakni Imaam As Sakhaawy رحمه الله, dalam kitab beliau.


Kemudian dijelaskan oleh Imaam Muhammad Siddiiq Hasan Khoon Al Qonuji رحمه الله dalam kitab beliau, bahwa apabila digabungkan antara pendapat-pendapat diatas sebagaimana terdapat dalam Hadits-hadits baik yang Marfuu’ ataupun yang Mauquuf (Hadits yang riwayatnya tersambung sampai dengan Taabi’iin), seperti dijelaskan oleh Imam As Sakhaawy رحمه الله tersebut diatas dan yang lainnya. Dengan demikian, kalau ada dua pendapat maka yang dikuatkan melalui riwayat adalah pendapat yang pertama, yakni bahwa Ad Daabbah itu akan keluar di Kota Mekkah.



Apa yang akan dilakukan oleh Ad Daabbah?


Kata Imaam Ibnu Katsiir رحمه الله dalam Kitab beliau “An Nihaayah Fil Fitan wal Malaahim”, menukil dari pendapat Shahabat ‘Abdullaah bin ‘Abbas رضي الله عنه, seperti dijelaskan di awal bahwa makna Tukallimuhum (تُكَلِّمُهُمْ) artinya melukai, maknanya menulis pada jidat (dahi), orang kaafir ditulisi “Kaafir’, dan orang beriman ditulis jidatnya dengan “Mu’min”.


Dan diriwayatkan oleh Imaam Al Haakim dalam Kitab “Al Mustadrok”-nya no: 8490 bahwa Rasulullah صلى الله عليه وسلم memberitakan melalui Shahabat Abi Sariihah Al Anshoory رضي الله عنه, dimana Hadits ini menurut Imaam Al Hakim sanadnya shahiih, bahwa Ad Daabbah ini cepat sekali larinya, tidak ada yang bisa mengejar kecepatan larinya. Dan bila ada yang berusaha melarikan diri dari Ad Daabbah, maka tidak ada yang bisa melepaskan diri dari kejaran Ad Daabbah tersebut bahkan jika ada seorang yang berlindung daripadanya dengan sholat, maka Ad Daabbah pun akan mendatanginya dari belakangnya dan mengatakan: “Ya Fulan, (– baru –)sekarang kamu shalat?” Kemudian orang tersebut pun diberikan cap pada wajahnya.



Na’uudzubillaahi min dzaalik, ini adalah fitnah yang termasuk besar, mudah-mudahan kita tidak mengalaminya, tetapi cukup mengetahuinya saja. Karena hal ini memang diajarkan oleh Rasulullah صلى الله عليه وسلم.


Intinya, ada pelajaran yang sangat berharga dalam masalah Ad Daabbah ini, yaitu :


1. Kita harus meyakini perkara yang Ghaib yang telah diberitakan dalam Al Qur’an tersebut. Dan orang yang beriman kepada yang Ghaib ini dipuji oleh Allah سبحانه وتعالى, karena mereka adalah orang yang beriman dengan sesungguhnya. Sering kali Allah سبحانه وتعالى menyebutkan tentang perkara orang-orang yang beriman kepada yang Ghaib ini di dalam ayat-ayat-Nya. Bahkan Allah سبحانه وتعالى sendiri adalah Maha Ghaib.


Oleh karena itu, sesuatu yang Ghaib maka tidak bisa digali. Karena kita manusia diciptakan oleh Allah سبحانه وتعالى di alam yang Dzahir, alam nyata. Alam nyata tidak bisa menerobos alam yang lain. Hanya Allah سبحانه وتعالى yang Maha Mengetahui yang Ghaib tersebut. Adalah penting untuk kita camkan pada diri kita dan kita tancapkan pada diri kita bahwa ‘Aqiidah Ahlus Sunnah wal Jamaa’ah adalah bertumpu pada iman kepada sesuatu yang Ghaib. Bahkan ciri khas dari ‘Aqiidah adalah Ghaib. Orang yang tidak beriman kepada yang Ghaib berarti dia sama dengan tidak beriman kepada banyak Firman Allah سبحانه وتعالى dan banyak Hadits Rasulullah صلى الله عليه وسلم.



2. Bahwa Allah سبحانه وتعالى itu Maha Berkuasa. Karena ternyata alam semesta ini sudah di rancang dan didesain oleh Allah سبحانه وتعالى, kapan terjadi Tanda Kiamat yang kecil, kapan Tanda-tanda Kiamat yang besar. Tanda Kiamat yang Besar pun sudah diprogram mana yang lebih dahulu muncul, kapan dan sebabnya muncul, dsbnya. Semuanya itu terpulang kepada Kehendak dan Kekuasaan Allah سبحانه وتعالى.


3. Yang terpenting bagi kita adalah ketika kita membahas perkara-perkara dalam Islam yang berkaitan dengan masalah Ghaib, apalagi perkara Hari Kiamat, maka seperti sabda Rasulullah صلى الله عليه وسلم ketika beliau ditanya oleh para Shahabat : “Ya Rasulullah, kapan terjadinya Hari Kiamat?”.


Maka beliau صلى الله عليه وسلم menjawab: Apa yang sudah kalian persiapkan untuk menghadapi hari Kiamat itu ?”.


Dari Hadits tersebut dapatlah kita ambil pelajaran yang penting, yakni bahwa : “Apakah bekal kita menghadapi hari Kiamat, baik Qiyamah Kubro (Kiamat Besar) maupun Qiyamah Sughro (Kiamat Kecil atau Kematian)?



Hendaknya hal ini lah yang perlu bagi kita untuk benar-benar mempersiapkannya.


4. Bahwa Hari Kiamat pasti akan datang dan akan terjadi, dengan idzin Allah سبحانه وتعالى secara tiba-tiba.


TANYA JAWAB


Pertanyaan:



  1. Disebutkan diatas bahwa binatang Ad Daabbah yang muncul menjelang hari Kiamat itu akan bisa berbicara (berkata-kata). Apakah semua manusia ketika itu bisa bertemu dengan Ad Daabbah dan bisa berdialog dengannya?


  2. Karena Ad Daabbah itu makhluk, akhirnya ia akan berada di surga atau di neraka?

  3. Ketika itu, peranan Malaikat yang mendoakan manusia untuk memohonkan ampun kepada Allah سبحانه وتعالى, apakah peranan itu masih ada?


Jawaban:




  1. Ad Daabbah seperti dijelaskan diatas, akan mencoreng, menulisi muka orang, yang kaafir ditulisi mukanya dengan “Kaafir” dan orang yang beriman ditulisi pada mukanya “Mu’min”. Apakah bisa terjadi berdialog antara Ad Daabbah itu dengan manusia? Maka di dalam Hadits ataupun dalam penjelasan para ‘Ulama Ahlus Sunnah tidak ada keterangannya, maka saya pun tidak bisa menjelaskan hal tersebut karena memang tidak ada penjelasannya. WAllahu a’lam.




  2. Tentang akhirnya Ad Daabbah itu masuk surga atau neraka, maka juga tidak bisa dijelaskan. Karena kalau memang tidak ada penjelasannya dari Allah سبحانه وتعالى atau pun dari Rasulullah صلى الله عليه وسلم, maka kita tidak boleh mengarang-ngarang sendiri jawabannya. WAllahu a’lam.



  3. Malaikat masih berperan ketika itu, masih diberi peran untuk memohonkan ampun bagi manusia yang beriman kepada Allah سبحانه وتعالى, sampai menjelang hari Kiamat terjadi.




Pertanyaan:


Ada yang mengatakan bahwa Ad Daabbah merupakan manusia yang bisa berjalan, dsbnya, berbeda dengan yang dijelaskan diatas. Mohon penjelasan.


Jawaban:


Kata “Ad Daabbah” di dalam Al Qur’an bukan hanya satu-dua kali disebutkan. Oleh karena itu pada awal bahasan kita ini bahwa “Ad Daabbah” secara bahasa adalah sesuatu yang berjalan secara merangkak diatas bumi. Tetapi dalam tafsir ayat yang kita bahas sekarang ini adalah ditafsirkan oleh para ‘Ulama Ahlus Sunnah secara spesifik sesuai dengan dalil yang terdapat dalam Hadits-hadits Rasulullah صلى الله عليه وسلم.



Pertanyaan anda memberikan faedah lain, untuk mengenal Kaidah Tafsir, bahwa menafsirkan Al Qur’an tidak hanya melalui kemampuan berbahasa Arab, melainkan dengan firman Allah سبحانه وتعالى itu sendiri, yaitu menafsirkan ayat dengan ayat.


Kedua, adalah menafsirkan ayat Al Qur’an dengan Hadits, atau ditafsirkan oleh para Shahabat, atau oleh para ‘Ulama Ahlus Sunnah. Kalau kesemuanya itu tidak ditemukan, maka barulah dengan bahasa Arab.



Ad Daabbah” secara bahasa adalah setiap apa saja yang melata diatas permukaan bumi, termasuk manusia. Firman Allah سبحانه وتعالى dalam Al Qur’an Surah Huud (11) ayat 6 :



وَمَا مِن دَآبَّةٍ فِي الأَرْضِ إِلاَّ عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا


Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi (Daabbah) melainkan Allah-lah yang memberi rizqi-nya…”




Maksudnya, semua makhluk yang ada di muka bumi ini dijamin rizqinya oleh Allah سبحانه وتعالى. Demikianlah penjelasan tafsir.


Alhamdulillah, kiranya cukup sekian dulu bahasan kita kali ini, mudah-mudahan bermanfaat. Kita akhiri dengan Do’a Kafaratul Majlis :


سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ


والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Tidak ada komentar:

Posting Komentar