Sabtu, 24 Desember 2011

Turki Meradang Dituduh Genosida Armenia 90 Tahun Silam. Apa Sebabnya?

1324752275998927047

Sebuah potret keluarga pengungsi Armenia, Maret 1918.



Peristiwa terjadinya pembunuhan besar-besaran dan sistematis pada abad 20 khususnya pada masa perang dunia-1 (PD-1) ternyata terjadi di Turki. Pembunuhan besar-besaran dan sistematis itu disebut dengan pembersihan etnis (Genosida). Perbuatan Genosida yang dituduhkan kepada Turki itu terjadi pada masa pemerintahan Ottoman Turki (Kekaisaran Ustmani 1300 - 1922 -red). Peristiwa yang sangat sensitif itu terjadi pada antara tahun 1914 -1915.

Armenia yang berada pada posisi strategis dua benua (Asia dan Eropa) menjadi incaran Turki dan memasukkannya dalam bagian Turki pada tahun 1500-an. Armenia juga sebelum diaklukkan Turki telah beberapa kali berpindah tangan dari satu penguasa dunia ke penguasa dunia lainnya sejak tahun 301 (M).

Awal persaoaln itu terjadi karena dalam PD-1 orang-orang Armenia yang ingin memerdekakan diri dari pengaruh Turki kemudian merapat ke Rusia (Uni Soviet). Penyikapan seperti ini dianggap oleh imperium Turki pada saat itu sebagai sebuah tindakan pengkhianatan. Maka orang-orang Armenia di kumpulkan dan dikirim ke beberapa wilayah di luar kekuasaan Turki saat itu misalnya ke Iran, Irak, Syria dan negara-negara Eropa Timur lainnya seperti Azerbaizan dan Albania.

Dalam proses pengiriman atau tepatnya pengusiran itu yang bertepatan dengan sedang terjadinya perang dunia pertama, ditambah lagi dengan proses pengusiran yang tidak tertangani dengan baik, di sanalah timbulnya malapetaka dan bencana kemanusiaan terbesar dalam sejarah genosida ummat manusia awal abad ke 20. Bayangkan saja, jumlah orang Armenia yang menemui ajalnya dalam periode 1915 - 1918 itu mencapai 600 ribu - 1,5 juta. Pertanyaannya adalah, berapa orang Armenia yang diusir dari daratan Turki ? Tentu bisa melebihi jumlah kematian itu bukan?

Bisa dibayangkan apa yang terjadi selama masa pengusiran yang harus melintasi gurun pasir ke arah Suriah dan daerah bertandus ke Irak, tanpa makanan dan minuman serta transportasi yang wajar untuk ukuran saat itu. Semua orang berjalan menuju kearah yang telah ditentukan. Di tengah perjalanan dalam gurun pasir yang luas dan kejam dan keras itu satu per satu manusia itu bertarung dengan dirinya sendiri dan melawan ganasnya alam.Anak-anak, wanita dan ibu-ibu serta para remaja disebutkan dalam beberapa saksi yang masih hidup kepada penyelidik peristiwa Genosida Armenia, ada yang terpaksa saling bunuh membunuh dan banyak yang terpaksa bunuh diri selama dalam perjalanan yang sampai setahun lamanya.


Akan tetapi menurut saksi lainnya adalah peristiwa pembantaian pada 24 April 1915 terhadap oposan Armenia yang dilakukan oleh kelompok muda Ultra Nasionalis Turki. Peristiwa pembantaian terhadap pemimpin politik Armenia dan pendukungnya terjadi tanpa pandang bulu. Dokumen tentang aksi Turki ini sudah tersebar kemana-mana begitu cepatnya dan tanpa terkendalikan terutama sejak sejumlah negara telah sepakat mengakui bahwa Turki terlibat dalam genosida terhadap Armenia.

Apa keuntungan Perancis dalam hal ini?

Saat ini terdapat 19 negara yang mengakui keterlibatan Turki dalam genosida terhadap Armenia. Bahkan AS sendiri telah mendapat persetujuan Senat AS pada 1997 tentang sikap jelas AS terhadap keterlibatan Turki dalam genosida terhadap bangsa Armenia. Sebelumnya, Parlemen Inggris untuk Wales juga telah memberikan sikap kerajaan Inggris dalam menilai keterlibatan Turki terhadap genosida Armenia.

Perancis juga telah memainkan peranan yang jelas sejak tahun 2006 dengan menerbitkan RUU penyelidikan terhadap keterlibatan Turki dalam issu genosida Armenia. Terhadap RUU yang telah digulirkan untuk dilakukan penyelidikan konprehensif dalam kaitan peristiwa tersebut akhirnya pada 23/12/2011 lalu parlemen Perancis mengesahkan RUU tersebut untuk dijadikan UU yang diperkirakan akan disahkan secara mayoritas pada bulan Februari 2012 saat pemilu presiden Perancis dimulai.

Perancis termasuk negara paling konsekwen dalam penegakan Hak Azasi Manusia dan penegakan hukum. Atas dasar itu juga pemerintah Perancis menerima tekanan dan harapan dunia Internasional untuk mengkaji dan memberi penilaian tentang issue pelanggaran HAM di Armenia yang dilakukan oleh Turki 90 tahun yang silam.


Terlepas dari ada tidaknya kepentingan politik Sarkozy untuk mendapat dukungan dan simpatisan dalam pemilu Presiden Pernacis Februari tahun depan dengan mengangkat kasus ini kita melihat sikap Perancis dalam hal ini bekerja karena alasan yang berkaitan dengan penegakan hukum dan HAM semata.

Meskipun demikian kepentingan politik tidak terhindarkan berperan di sini. Perancis berusaha mengemasnya sedemikian rupa agar persoalan itu obyektif dan dapat dilihat oleh dunia Internasional dan juga oleh rakyat Perancis sendiri. Itu sebabnya tak heran Turki memanggil pulang Dubesnya dari Perancis sebagai protes Turki terhadap Perancis yang dinilai tidak bersahabat dengan Turki karena tidak obyektif menilai proses terjadinya genosida yang DITUDUHKAN tersebut.

Apabila RUU itu jadi disahkan maka UU Perancis akan berlaku yaitu mengenakan Denda dan Menghukum pihak-pihak atau orang-orang yang menyangkal peristiwa pembantaian Armenia. Apabila peraturan tersebut berjalan dan terjadi terhadap sang Dubes Turki dai Paris atau dikenakan kepada PM Turki maka konsekwensinya benar-benar amat berbahya dan sangat sulit “berdamai” apabila seseorang terkait dengan pelanggaran UU di Perancis.

Apa pandangan Turki dalam menerima tuduhan ini?

Turki membenarkan adanya kematian sejumlah orang Armenia pada masa itu, akan tetapi jumlahnya tidaklah sebesar yang dilansir oleh media massa barat. Kematian terhadap orang Armenia itu murni akibat perang saudara Armenia.

Soal kematian orang Armenia itu adalah konsekwensi atas situasi dan kondisi dunia dan Turki sendiri yang terlibat dalam Perang Dunia-I. Dalam mempertahankan teritorial Ottoman Turki, banyak orang Armenia dimobilisasi ke medan pertempuran, diantranya juga dipakai untuk membangun infrastruktur transportasi bagi kepentingan Turki.

Selain itu memang diakui adanya penyikapan yang tegas terhadap kaum nasionalis Armenia yang ingin melepaskan diri dari Turki dengan melakukan pengkhianatan di medan pertempuran sehingga wilayah-wilayah Armenia jatuh atau masuk ke dalam wilayah Rusia. Tentu terhadap hal-hal seperti itu pemerintah Turki mengambil tindakan tegas penghukuman bagi beberapa simpatisan kelompok Nasionalis Armenia.

Turki TIDAK ingin mengakui terjadinya genosida sebagaimana yang dipaksakan oleh Barat karena Turki bukan saja harus membayar ganti rugi dalam jutaan dolar, akan tetapi juga melemahkan posisi mereka dalam upaya menjadi bagian dari Uni Eropa yang dipandang sangat strategis membangun perekonomian Turki lebih mapan dan tahan banting atas guncangan krisis ekonomi dan moneter dunia.

Turki juga menampik tuduhan Perancis sebagai negara yang brutal akibat peristiwa masa lalu itu. Bahkan Perdana Menteri Turki Recep Tayyip Erdogan membandingkan sikap rasialis dan represif tentara Perancis saat membunuh 15% orang Aljazair pada masa perang kemerdekaan Aljazair dari Perancis pada dekade 1954 -1962. Perbandingan itu disampaikan untuk membuat gambar apa bedanya kematian akibat peperangan dan akibat pemunuhan sistematis.

Beberapa ahli sejarah Turki memberi kesaksiannya dalam peristiwa ini bahwa Turki pada masa pemerintahan saat itu telah melakukan genosida seperti yang disampaikan oleh beberapa pakar dan ilmuwan Turki, antaral lain adalah: Tamer Akcam, Fatma Muge Gocek dan Halil Berktay.

Namun di sisi lainnya beberapa kalangan pendidikan Turki meluruskan kejadian tersebut secara obyektif seperti yang disampaikan oleh salah satu cendikiawan Truki yaitu Prof. Dr. Cagri Erhan dari Departemen Hubungan Internasional, Universitas Ankara, mengatakan bahwa karena Turki menganut kebijakan luar negeri yang seimbang maka ia tidak takut akan reaksi AS atau konsekuensi akibat ketegangan dengan Israel. . Menurutnya persoalan ini dibesar-besarkan akibat peranan dan loby Israel setelah melihat Turki tidak merasa bergantung lagi kepada Israel.

Pendapat para Ilmuwan Turki dan Lainnya.

Para ilmuwan lainnya yang tergabung dalam sejarawan Turki mengupas latar belakang yang lebih terperinci dan lebih mendalam lagi tentang adanya keterkaitan Israel pada era akhir kekaisaran Ottoman Turki di mana pada saat itu beberapa petinggi dalam pemerintahan sekuler Kemal Attaturk dan sebelumnya ternyata dipenuhi oleh kalangan Yahudi.

Salah satu pengarang Turki, Mevlan Z. Rifat, mengacu pada sekte Donmeh yang ditulis dalam bukunya berjudul “Inner Folds of the Ottoman Revolution” 1929.” Ia menulis bahwa rencana genosida terhadap bangsa Armenia itu telah disiapkan antara Agustus 1910 hingga Oktober 1911. Penggagasnya adalah para anggota Komite Turki Muda yang terdiri dari Yahudi keturunan Balkan. Mereka masuk dalam sekte sinkretis Yahudi -Muslim, antara lain adalah Tallat, Enver, Behaeddin Shakir, Jemal dan Nazim, mereka bergaya dan bersikap seperti orang-orang Muslim Turki layaknya.

Lihat saja beberapa bukti entah kebetulan apa tidak, ternyata beberapa pemimpin Israel pernah mengecap pedidikan dan tinggal di Turki seperti Ben Gurion, Ben Zevi dan Zalman Shazar serta Yitzchak Navon. Mereka pernah menjadi mahasiswa Ottomanisme.


Berry Chamish adalah mantan seorang anggota militer Israel dan beralih profesi menjadi seorang wartawan investigasi, ia sudah memberikan peringatan kepada sesama orang Yahudi mengenai akan terjadinya sebuah Holokos Kedua Yahudi yang waktunya sesuai dengan yang direncanakan Israel. Barry Chamish percaya bahwa Genosida Bangsa Armenia adalah sebuah pengulangan Holokos Yahudi.

Kaitan Israel - Turki dalam issue Genosida ArmeniaIbarat kata pepatah, tak ada teman dan lawan abadi dalam politik. Yang ada hanyalah kepentingan yang abadi. Benar sekali pepatah itu. Berdasarkan kajian di atas apakah Anda yakin bahwa Israel terlibat dalam genosida terhadap Armenia yang membawa Turki masuk dalam kancah tersebut?


Untuk apa Israel melalakukannya demi Turki? Jawabannya adalah adanya posisi Israel dalam membentuk Turki menjadi sekuler di satu pihak namun di sisi lain Israel juga tidak rela pengaruh Kristen menguasai Turki. Mereka lebih berupaya pengaruh kepercayaan Yahudi lebih dominan dapat terjadi di Turki sebagaimana peranan yang diperlihatkan oleh para penganut sekte Domneh yang mulai berperan dalam pemerintahan di Turki pada saat itu.

Lalu mengapa kini Israel meninggalkan teman setianya? Tak lain adalah karena ada Tiga hal penting, yaitu :

  1. Sejak tahun 1970-an Turki telah memperlihatkan posisi dan sikapnya yang teramat jelas pada dunia dan Israel bahwa mereka mendukung perjuangan Palestina merdeka. Lihatlah kapal pengangkut relawan yang diserang oleh Israel di laut Mediterania, adalah kapal milik Turki. Belum lagi serangan-serangan gencar Turki terhadap para pemimpin Israel yang melakukan serangan membabi buta terhadap rakyat Palestina senantiasa seperti menampar wajah pemimpin Israel.



  2. Membaiknya hubungan Iran- Turki menjadi sandungan dan tantangan politik paling besar dalam politik luar negeri Israel. Kedua negara ini jika berhasil bersanding maka akan menjadi duet paling berbahaya menjepit Israel secara cepat. Merapatnya Turki ke Iran dalam program Nuklir dalam setahun terakhir benar-benar membuat Israel harus memeras otak bagaimana hal ini tidak terjadi. Dengan mengarahkan Turki pada upaya membongkar skandal masa lalunya ada kemungkinan Turki harus tawar menawar kembali dengan Israel jika masalah Genosida itu tidak jadi dikukuhkan dunia Internasional sebagai tragedi besar abad 20.


  3. Sejak Turki tidak tergantung lagi kepada Israel dalam pengadaan alutsista berat mereka dan berpaling ke Eropa dan industri dalam negeri membuat Israel seperti tersingkirkan. Padahal Israel mengharapkan pembeli setianya itu menjadi mitra abadi dan mendatangkan keuntungan besar bagi Israel selama mungkin.
Demikian rekan pembaca budiman, kisah panjang dan berliku dan melelahkan apa sebetulnya yang membuat Turki seperti kebakaran kenggotnya jika dikaitkan dengan masalah Genosida terhadap Armenia. Apa peranan Perancis yang mengangkat issue tersebut pada saat ini dalam parlemen mereka dan apa juga peranan Israel dari jaman Kemal Attaturk hingga kini terhadap Turki.

Semoga dapat memberi masukan yang bermanfaat untuk pembaca. Dan apabila ada tambahan atau koreksi mohon diluruskan kembali..

abanggeutanyo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar