SERAMBI INDONESIA/BEDU SAINI
Penari menampilkan tarian Ranup Lampuan dalam acara pembukaan Aceh Fair Exhibition 2011 di lapangan Blang Padang, Banda Aceh, Minggu (8/5/2011). Kegiatan Aceh Fair ini memamerkan pameran usaha kecil dan menengah (UKM) yang diikuti seluruh kabupaten/kota di Aceh serta pengusaha dari tiga negara anggota IMT-GT Indonesia, Malaysia, dan Thailand.
Siapakah Tun Sri Lanang? Ternyata kebanyakan orang Aceh sendiri tak mengenalnya. Bukan hanya para pejabat daerah setempat, bahkan warga yang ditemui Kompas.com di sepanjang perjalanan menuju makamnya pun tidak tahu siapa itu Tun Sri Lanang. "Jangankan siswa SMA, mahasiswa pun tidak ada yang tahu siapa itu Tun Sri Lanang. Kenyataan ini menyadarkan kita bahwa kisah tentang ketokohan Tun Sri Lanang memang belum banyak yang terungkap. Karena itu seminar Ketokohan Tun Sri Lanang ini semoga semakin membuka mata kita semua akan siapa sesungguhnya Tun Sri Lanang," kata Dr Mukhlis Paeni, Ketua Masyarakat Sejarawan Indonesia.
Jangankan siswa SMA, mahasiswa pun tidak ada yang tahu siapa itu Tun Sri Lanang.
Mukhlis mengatakan hal itu saat menjadi keynote speaker dalam seminar sehari Ketokohan Tun Sri Lanang Dalam Sejarah Dua Bangsa Indonesia-Malaysia di Kabupaten Bireuen, Nanggroe Aceh Darussalam, Kamis (8/12/2011). Seminar ini diprakarsai Yayasan Tun Sri Lanang dan didukung oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Pemprov NAD, Masyarakat Sejarawan Indonesia, dan Pemkab Bireuen.
Warga Desa Meunasah Lueng, Kecamatan Samalanga, Kabupaten Bireuen, lokasi ditemukannya makam dan rumah Tun Sri Lanang, juga mengaku tidak banyak tahu tentang siapa itu Tun Sri Lanang. Baru setelah makam itu ditemukan pada 2004 oleh ahli warisnya, mereka baru tahu kalau makam dan rumah adat Aceh yang selama ini mereka lihat sebagai makam dan rumah Tun Sri Lanang.
Lewat seminar sehari tersebut terungkap, Tun Sri Lanang merupakan seorang ahli pemerintahan dan pujangga Melayu dengan karyanya yang monumental berupa kitab Salalatus Salatin. Di Singapura, kata Djamal Tukimin, sastrawan Singapura sebagai salah satu pemakalah mengatakan, sosok Tun Sri Lanang merupakan sosok sangat penting bagi Singapura, karena tanpa Tun Sri Lanang lewat kitab Salalatus Salatin, tidak akan ada sejarah Singapura, karena yang ada adalah sejarah modern sejak pemerintahan Rafless.
"Bahkan penghargaan karya sastra tertinggi di Singapura mengabadikan nama Tun Sri Lanang," kata Djamal Tukimin, Jumat (9/12/2011) malam di Aula Gubernuran NAD.
Sementara itu pemakalah dari Malaysia, Dato' Seri Abdul Wahid Wan Hasan yang merupakan salah satu keturunan Tun Sri Lanang mengatakan, di Malaysia nama Tun Sri Lanang sudah tidak asing lagi karena namanya diabadikan sebagai nama sekolah dan perguruan tinggi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar