Perjuangan melawan Penjajah Belanda.
Tanggal 14 Agustus 1946, Andi Mappe memimpin patroli ke Kampung Batu – Batu Taraweang Romang, kemudian ke Tondong, akan tetapi Andi Mappe segera menerima laporan dari kepala Kampung Tondong, bahwa rombongan supaya segera kembali ke markas di Mangilu karena masih akan menyerang malam itu juga. Tanggal 15 Agustus pukul 04.00 (subuh), satu kompi Pasukan Belanda datang dari tiga jurusan, sedang pasukan Andi Mappe hanya berkekuatan 50 orang dengan senjata 17 pucuk. Musuh datang menyerang dari jurusan Bungoro, Padang Lampe Balocci. Pertempuran berlangsung sehari, pasukan Andi Mappe memberi perlawanan dengan gigih, Di pihak musuh jatuh korban sebanyak 10 orang dan di pihak Andi Mappe gugur seorang pejuang bernama Daeng Palallo.
Tanggal 17 Agustus 1946, tepat setahun usianya Proklamasi kemerdekaan Bangsa Indonesia, rombongan Andi Mappe ini meninggalkan markas pertahanan di Mangilu, menuju ke Kampung SapiriE Bonto Tangnga (Desa Tabo-tabo). Karena dikejar terus Belanda, Tanggal 18 Agustus, pasukan Andi Mappe bergerak menuju Kampung Rumbia, Tanete (Barru saat ini) dan disana menangkap dan menawan empat mata – mata Belanda di Kampung Lica. Tanggal 19 Agustus, ke Bonto Payung, 20 Agustus ke Kampung CokkoE (Barru), 21 Agustus ke Allu, Kassi dan Tenete (Barru), Tanggal 23 Agustus ke Bonto Riu, Tanggal 24 Agustus ke Manggalung Segeri – Mandalle. Strategi perang gerilya ini sangat menyulitkan pasukan Belanda dalam melumpuhkan pasukan Andi Mappe.
Pada tanggal 29 Agustus 1946, terjadilah pertempuran sehari di Manggalung. Satu kompi pasukan Belanda datang menyerang, pasukan Andi Mappe yang hanya beranggotan 75 orang, gugur dua orang dan juga menewaskan 15 penduduk tak bersenjata. Tanggal 30 Agustus, Andi Mappe dan rombongannya ke Bantimurung (Balocci) untuk melucuti senjata Karaeng Balocci kemudian meneruskan perjalanan masuk hutan ke Punranga Kassi (Balocci), Bulu BuloE, Ale Kale, Bulu Leko dan akhirnya ke Bulu Langi.
Andi Mappe (dok. mfaridwm)
Tanggal 17 September 1946, Andi Mappe diserang satu kompi pasukan artileri Belanda. Pasukan Andi Mappe yang hanya 80 orang bertahan dan mengadakan perlawanan selama dua hari dua malam. Tak ada yang gugur di kedua belah pihak, hanya seorang anggota pasukan Andi Mappe tertangkap. Karena terdesak, tanggal 18 September pasukan Andi Mappe bergerak menuju Kampung Balleanging.
Pada tanggal 19 September 1946, pasukan Andi Mappe kembali lagi menuju Pettung (Tanete) dan membangun markas pertahanan disana. Selama di Pettung, Andi Mappe memerintahkan Muhammad Syah untuk menghadang Tuan Petero di kuburan cina. Tak ada persenjataan yang didapat dan hanya membalikkan mobil Tuan Petoro. Pertempuran kemudian berlanjut pada Tanggal 20 September di Lisu (Tanete), selama dua hari dua malam yang dipimpin oleh M Kasim DM, hanya beranggotakan 100 orang. Di pihak musuh gugur 5 orang, sedang di pihak M Kasim DM tertanggap dua anggotanya, dua lainnya mengalami luka - luka.
Pada tanggal 22 September, pertempuran terjadi di Pettung dan dipimpin langsung Andi Mappe. Disinilah Andi Mappe terkepung oleh musuh dengan berondongan tembakan tak berkesudahan sehingga Andi Mappe berkata pada seorang anggotanya, Syamsuddin Saraka, “Ulebbirangngi Burue ala NajajaE BalandaE, Teasisena Mitai BalandaE”. Di pihak Belanda, jatuh korban 20 orang dan di pihak Andi Mappe, gugur seorang pejuang bernama Mappa. Tanggal 23 September, rombongan Andi Mappe bergerak ke Bulu Matajang, Tanggal 25 September pindah lagi ke Salo Lemo, Bulu Laposo, besoknya ke Bulu Dua / Soppeng.
Pada tanggal 26 September, pasukan Andi Mappe diserang musuh berkekuatan dua peleton yang diatur oleh mata – mata Belanda, Tjendela dan La Sapeda. Pada pertempuran itu, musuh hanya dapat memukul laskar HI sampai di Kampung Lisu. Di Kampong ini, banyak rakyat bergabung menjadi anggota pasukan HI. Tanggal 10 Oktober, pasar Kampong Lisu diserang musuh disaat ramainya orang berjual beli sehingga banyak rakyat jadi korban. Dua hari sesudah pasar Lisu diserang musuh, Andi Mappe mengambil inisiatif, memerintahkan M Kasim DM memimpin pasukan memasuki Kota Barru (Sumpang BinangaE), langsung membuka tahanan Belanda dan membebaskan para pejuang.
Pasukan HI bersenjata lengkap yang dipimpin M Kasim DM yang hanya berjumlah 12 orang sempat menguasai Kota Barru selama 3 jam tanpa perlawanan yang berarti. M Kasim DM sesudah melaksanakan tugas langsung meninggalkan Kota Barru menuju Markas Pembantu di Salo’moni, menggabungkan diri dengan pasukan induk Andi Mappe. Pada tanggal 10 September, pasukan Andi Mappe mengadakan patroli ke Lipu Kassi, Barru dan disinilah M Kasim DM dan Andi Mappe berpisah. Andi Mappe memerintahkan M Kasim DM agar tetap tinggal dan memimpin pasukan di Barru sementara Andi Mappe bersama pasukannya menuju Taraweang Romang (Labakkang).
B e r s a m b u n g ..….. M. Farid W Makkulau,
Pangkep, 10 November 2011.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar