Selasa, 27 Desember 2011

Orang yang Menyumbang Emas Tugu Monas



Ternyata 38 kg emas yang dipajang di puncak tugu Monumen Nasional (Monas) Jakarta, 28 kg di antaranya adalah sumbangan dari Teuku Markam, salah seorang saudagar Aceh yang pernah menjadi orang terkaya Indonesia.

Orang-Orang hanya tahu bahwa emas tersebut memang benar sumbangan saudagar Aceh. Namun tak banyak yang tahu, bahwa Teuku Markamlah saudagar yang dimaksud itu.
Itu baru segelintir karya Teuku Markam untuk kepentingan negeri ini. Karya lainnya, ia pun ikut membebaskan lahan Senayan untuk dijadikan pusat olah raga terbesar Indonesia. Tentu saja banyak bantuan-bantuan Teuku Markam lainnya yang pantas dicatat dalam memajukan perekonomian Indonesia di zaman Soekarno, hingga menempatkan Markam dalam sebuah legenda.

Di zaman Orba, karyanya yang terbilang monumental adalah pembangunan infrastruktur di Aceh dan Jawa Barat. Jalan Medan-Banda Aceh, Bireuen-Takengon, Meulaboh, Tapaktuan dan lain-lain adalah karya lain dari Teuku Markam yang didanai oleh Bank Dunia. Sampai sekarang pun, jalan-jalan itu tetap awet. Teuku Markam pernah memiliki sejumlah kapal, dok kapal di Jakarta, Makassar, Medan, Palembang. Ia pun tercatat sebagai eksportir pertama mobil Toyota Hardtop dari Jepang. Usaha lain adalah mengimpor plat baja, besi beton sampai senjata untuk militer.

Mengingat peran yang begitu besar dalam percaturan bisnis dan perekonomian Indonesia, Teuku Markam pernah disebut-sebut sebagai anggota kabinet bayangan pemerintahan Soekarno. Peran Markam menjadi runtuh seiring dengan berkuasanya pemerintahan Soeharto. Ia ditahan selama delapan tahun dengan tuduhan terlibat PKI. Harta kekayaannya diambil alih begitu saja oleh Rezim Orba. Pernah mencoba bangkit sekeluar dari penjara, tapi tidak sempat bertahan lama. Tahun 1985 ia meninggal dunia. Ahli warisnya hidup terlunta-lunta sampai ada yang menderita depresi mental. Hingga kekuasaan Orba berakhir, nama baik Teuku Markam tidak pernah direhabilitir. Anak-anaknya mencoba bertahan hidup dengan segala daya upaya dan memanfaatkan bekas koneksi-koneksi bisnis Teuku Markam. Dan kini, ahli waris Teuku Markam tengah berjuang mengembalikan hak-hak orang tuanya.

Siapakah Teuku Markam ?
Teuku Markam turunan uleebalang. Lahir tahun 1925. Ayahnya Teuku Marhaban. Kampungnya Seuneudon dan Alue Capli, Panton Labu Aceh Utara. Sejak kecil Teuku Markam sudah menjadi yatim piatu. Ketika usia 9 tahun, Teuku Marhaban meninggal dunia. Sedangkan ibunya telah lebih dulu meninggal. Teuku Markam kemudian diasuh kakaknya Cut Nyak Putroe. Sempat mengecap pendidikan sampai kelas 4 SR (Sekolah Rakyat).

Teuku Markam tumbuh lalu menjadi pemuda dan memasuki pendidikan wajib militer di Koeta Radja (Banda Aceh sekarang) dan tamat dengan pangkat letnan satu. Teuku Markam bergabung dengan Tentara Rakyat Indonesia (TRI) dan ikut pertempuran di Tembung, Sumatera Utara bersama-sama dengan Jendral Bejo, Kaharuddin Nasution, Bustanil Arifin dan lain-lain. Selama bertugas di Sumatera Utara, Teuku Markam aktif di berbagai lapangan pertempuran. Bahkan ia ikut mendamaikan clash antara pasukan Simbolon dengan pasukan Manaf Lubis.
Sebagai prajurit penghubung, Teuku Markam lalu diutus oleh Panglima Jenderal Bejo ke Jakarta untuk bertemu pimpinan pemerintah. Oleh pimpinan, Teuku Markam diutus lagi ke Bandung untuk menjadi ajudan Jenderal Gatot Soebroto. Tugas itu diemban Markam sampai Gatot Soebroto meninggal dunia.


Adalah Gatot Soebroto pula yang mempercayakan Teuku Markam untuk bertemu dengan Presiden Soekarno. Waktu itu, Bung Karno memang menginginkan adanya pengusaha pribumi yang betul-betul mampu menghendel masalah perekonomian Indonesia. Tahun 1957, ketika Teuku Markam berpangkat kapten (NRP 12276), kembali ke Aceh dan mendirikan PT Karkam. Ia sempat bentrok dengan Teuku Hamzah (Panglima Kodam Iskandar Muda) karena “disiriki” oleh orang lain. Akibatnya Teuku Markam ditahan dan baru keluar tahun 1958. Pertentangan dengan Teuku Hamzah berhasil didamaikan oleh Sjamaun Gaharu.

Keluar dari tahanan, Teuku Markam kembali ke Jakarta dengan membawa PT Karkam. Perusahaan itu dipercaya oleh Pemerintah RI mengelola pampasan perang untuk dijadikan dana revolusi. Selanjutnya Teuku Markam benar-benar menggeluti dunia usaha dengan sejumlah aset berupa kapal dan beberapa dok kapal di Palembang, Medan, Jakarta, Makassar, Surabaya. Bisnis Teuku Markam semakin luas karena ia juga terjun dalam ekspor – impor dengan sejumlah negara. Antara lain mengimpor mobil Toyota Hardtop dari Jepang, besi beton, plat baja dan bahkan sempat mengimpor senjata atas persetujuan Departemen Pertahanan dan Keamanan (Dephankam) dan Presiden.

Komitmen Teuku Markam adalah mendukung perjuangan RI sepenuhnya termasuk pembebasan Irian Barat serta pemberantasan buta huruf yang waktu itu digenjot habis-habisan oleh Soekarno. Hasil bisnis Teuku Markam konon juga ikut menjadi sumber APBN serta mengumpulkan sejumlah 28 kg emas untuk ditempatkan di puncak Monumen Nasional (Monas). Sebagaimana kita tahu bahwa proyek Monas merupakan salah satu impian Soekarno dalam meningkatkan harkat dan martabat bangsa.
Peran Teuku Markam menyukseskan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Asia Afrika tidak kecil berkat bantuan sejumlah dana untuk keperluan KTT itu.

Teuku Markam termasuk salah satu konglomerat Indonesia yang dikenal dekat dengan pemerintahan Soekarno dan sejumlah pejabat lain seperti Menteri PU Ir Sutami, politisi Adam Malik, Soepardjo Rustam, Kaharuddin Nasution, Bustanil Arifin, Suhardiman, pengusaha Probosutedjo dan lain-lain. Pada zaman Soekarno, nama Teuku Markam memang luar biasa populer. Sampai-sampai Teuku Markam pernah dikatakan sebagai kabinet bayangan Soekarno.

Sejarah kemudian berbalik. Peran dan sumbangan Teuku Markam dalam membangun perekonomian Indonesia seakan menjadi tiada artinya di mata pemerintahan Orba. Ia difitnah sebagai PKI dan dituding sebagai koruptor dan Soekarnoisme.
Tuduhan itulah yang kemudian mengantarkan Teuku Markam ke penjara pada tahun 1966. Ia dijebloskan ke dalam sel tanpa ada proses pengadilan. Pertama-tama ia dimasukkan tahanan Budi Utomo, lalu dipindahkan ke Guntur, selanjutnya berpindah ke penjara Salemba Jln Percetakan Negara. Lalu dipindah lagi ke tahanan Cipinang, dan terakhir dipindahkan ke tahanan Nirbaya, tahanan untuk politisi di kawasan Pondok Gede Jakarta Timur. Tahun 1972 ia jatuh sakit dan terpaksa dirawat di RSPAD Gatot Subroto selama kurang lebih dua tahun.

Peralihan kekuasaan dari Soekarno ke Soeharto membuat hidup Teuku Markam menjadi sulit dan prihatin. Ia baru bebas tahun 1974. Ini pun, kabarnya, berkat jasa- jasa baik dari sejumlah teman setianya. Teuku Markam dilepaskan begitu saja tanpa ada konpensasi apapun dari pemerintahan Orba. “Memang betul, saat itu Teuku Markam tidak akan menuntut hak- haknya. Tapi waktu itu ia kan tertindas dan teraniaya,” kata Teuku Syauki Markam, salah seorang putra Teuku Markam.

Soeharto selaku Ketua Presidium Kabinet Ampera, pada 14 Agustus 1966 mengambil alih aset Teuku Markam berupa perkantoran, tanah dan lain-lain yang kemudian dikelola PT PP Berdikari yang didirikan Suhardiman untuk dan atas nama pemerintahan RI. Suhardiman, Bustanil Arifin, Amran Zamzami (dua orang terakhir ini adalah tokoh Aceh di Jakarta) termasuk teman-teman Markam. Namun tidak banyak menolong mengembalikan asset PT Karkam. Justru mereka ikut mengelola aset-aset tersebut di bawah bendera PT PP Berdikari. Suhardiman adalah orang pertama yang memimpin perusahaan tersebut. Di jajaran direktur tertera Sukotriwarno, Edhy Tjahaja, dan Amran Zamzami. Selanjutnya PP Berdikari dipimpin Letjen Achmad Tirtosudiro, Drs Ahman Nurhani, dan Bustanil Arifin SH.


Pada tahun 1974, Soeharto mengeluarkan Keppres N0 31 Tahun 1974 yang isinya antara lain penegasan status harta kekayaan eks PT Karkam/PT Aslam/PT Sinar Pagi yang diambil alih pemerintahan RI tahun 1966 berstatus “pinjaman” yang nilainya Rp 411.314.924,29 sebagai penyertaan modal negara di PT PP Berdikari.
Kepres itu terbit persis pada tahun dibebaskannya Teuku Markam dari tahanan.

Proyek Bank Dunia
Sekeluar dari penjara, tahun 1974, Teuku Markam mendirikan PT Marjaya dan menggarap proyek-prorek Bank Dunia untuk pembangunan infrastruktur di Aceh dan Jawa Barat. Tapi tidak satupun dari proyek-proyek raksasa yang dikerjakan PT Marjaya baik di Aceh maupun di Jawa Barat, mau diresmikan oleh pemerintahan Soeharto. Proyek PT Marjaya di Aceh antara lain pembangunan Jalan Bireuen – Takengon, Aceh Barat, Aceh Selatan, Medan-Banda Aceh, PT PIM dan lain-lain.
Teuku Syauki menduga, Rezim Orba sangat takut apabila Teuku Markam kembali bangkit. Untuk itulah, kata Teuku Syauki, proyek-proyek Markam “dianggap” angin lalu.

Teuku Markam meninggal tahun 1985 akibat komplikasi berbagai penyakit di Jakarta. Sampai akhir hayatnya, pemerintah tidak pernah merehabilitasi namanya. Bahkan sampai sekarang.

Masjid Pejlagrahan, Cirebon

Masjid pejglagrahan pada awalnya adalah sebuah tajug yang digunakan untuk leren (istirahat) maupun salat para nelayan yang ada di Cirebon pada abad ke-XV Masehi. Awalnya masjid ini persis berada di pinggir pantai dan pelabuhan muara jati. Seiring berjalannya waktu, pantai mulai menjauh dan sekarang masjid ini berada di tengah pemukiman penduduk. Konon, masjid ini juga merupakan cikal bakal Kraton Cirebon dan Masjid Kasepuhan. Kini, masjid ini berada di luar tembok Kraton.


Pada bagian luar manuju masjid terdapat papan info bahwa masjid ini berupakan benda cagar budaya, tetapi tidak dijelaskan BCB golongan berapa.


Tata ruangnya, selain ruang utama terdapat ruang pewastren pada bagian kanan masjid. Kedua ruangan tersebut di hubungkan dengan sebuah pintu pendek yang sekarang sudah jarang dibuka.


Ruang utama dengan mimbar dan mihrabnya hanya selebar 3 meter. Sebuah pintu regol menghubungkan antara ruang tengan dan ruang utama. Untuk salat rawatib hanya digunakan ruang tengah.


Pada dinding-dinding ruang tengah terdapat beberapa keramik dengan sedikit inskripsi. Keduanya diduga baru alias bukan unsure awal sejak pendirian masjid tersebut.


Masjid ini terletak di jl. Kesunenan tepatnya disebelah utara tembok kraton Kasepuhan.

(Hakim Syukrie)

Masjid Pangeran Kejaksan, Cirebon.

MASJID PANGERAN KEJAKSAN, CIREBON.

Masjid ini merupakan salah satu masjid tua dan bersejarah di Cirebon. Terletak di Jalan Karanggetas, Cirebon. Hanya beberapa meter dari PGC (Pusat Grosir Cirebon) Pasar Baru Cirebon. Menuju masjid ini ada sebuah papan yang menunjukkan bahwa masjid ini merupakan cagar budaya Cirebon.

Masjid Pangeran Kejaksan didirikan oleh Pangeran Kejaksan. Beliau adalah salah satu dari 4 anak Sultan Baghdad yang diperintahkan oleh ayahnya untuk belajar Islam di Tanah Jawa. Mereka adalah Syarif Abdurahman, Syarif Abdurahim, Syarif Kafi an Syarifah Baghdad. Mereka berguru kepada Syeikh Dahtul Kahfi atau syeikh Nurjati.

Berdasarkan Badad Cirebon, Mereka memenita 4 kapal untuk masing-masing. Tiap kapal memuat 300 orang. Setelah sampai di Cirebon, mereka naik ke Darat bersama 1.200 orang tersebut. Mereka langsung mejunu Gunung Jati, mereka member hormat kepada Syeikh Nur Jati. Setelah berguru, mereka oleh Ki Kuwu Cirebon diberi tempat pemukiman di sebelah utara. Syarifah Baghdad dan Syarif Kafi mengajarkan al-Qur’an di Masyarakat, Syekh Abdurrahman Menekuni bidang seni dan Syeikh Abdurahim menemuki agama dan berkarier sebagai jaksa. Beliau mengurus agama dan drigama (urusan duniawi) karenanya kemudian disebut sebagai pangeran Kejaksan. Adapaun masjid yang beliau dirikan dinamakan sebagai Masjid Kejaksan.

Masjid ini merupakan salah satu masjid yang dibangun pada masa awal penyebaran Islam di Cirbon abad ke-XV Masehi. Pada beberapa bagian sudah mengalami pemugaran, terutama pada bahan bangunan bagian luar (teras). Pada bagian dalam masih dipertahankan struktur aslinya. (Hakiem Syukrie)

Masjid Kramat Depok, Cirebon. Abad ke-XV M

13249498671884431658

dari tengah sawah


Aslinya, nama masjid ini adalah masjid al-Karomah. Karena factor pengucapan, berubah menjadi masjid Kramat. Ada juga sebagian masyarakat yang masjid ini memiliki karomah. Konon, masjid yang dibagian mihrabnya terdapat sungai ini, tidak roboh bagian depannya meskipun terkena banjir. Aliran sungai yang deras seakan menghindari mihrab masjid sehingga tidak roboh. Letaknya dipinggir sungai.

Terletak di Desa Depok Kecamatan Depok yang dulu termasuk wilayah Kecamatan Plumbon. Menurut penuturan penjaganya, masjid ini lebih dulu dibangun dibandingkan bangunan masjid Kasepuhan yang ada di Cirebon. Dibangun oleh penyebar Islam sebelum Sunan Gunungjati (awal Abad ke-XV Masehi). Hal ini diperkuat penuturan penjaga masjid tua lainnya yaitu Masjid Pesalakan. Bahwa menurut tulisan dari sultan Sepuh kepada rombongan dari Cikarang yang ingin melihat masjid tertua di Cirebon, ditunjukkan tiga masjid pertama Masjid Pesalakan, Masjid Megugede Plered dan Masjid al-KAromah Depok.



Masjid ini memiliki kesamaan arsitektur dengan beberapa bangunan masjid tua lainnya di Cirebon. Pada bagian luar dilingkari tembok dari bata mereh dengan satu pintu utama dan dua pintu samping. Semua pintu masuk tersebut tidak terlalu tinggi untuk dilewati orang dewasa. Pada bagian dalam terdapat ruang utama dan ruang pawestren. Ruang utama juga memiliki ketinggian yang rendah antara atap dengan latai. Mihrabnya berupa bagian dinding yang menjorok ke depan persegi empat. Dengan mimbar dari kayu jati yang masih asli beserta sebuah cis (tongkat besi).

13249501722012745136

Ruang dalam Masjid tua Depok Cirebon



Ruang utama masjid ini dibatasi dengan tembok yang tidak menyangga atap. Salah satu cirri masjid tua yang ada di Cirebon. Dengan ruang untuk wanita pada bagian kiri masjid.

Untuk menuju masjid ini, dari arah Cirebon bisa turun di pasar Jamblang kemudian menggunakan angkot ke Depok atau menggunakan Ojek kea rah selatan sekitar 8 Kilometer. Masjid ini terletak dipinggir sungai dan di tengah sawah. Relative jauh dari permukiman penduduk.
(Hakim Syukrie)

Lingkungan dan Kelanggengan Sebuah Negara

Lingkungan dan Kelanggengan Sebuah Negara

KERAJAAN Majapahit, 1293-1500 (2,07 abad); Kerajaan Kediri, 1042-1222 (1,8 abad); Kerajaan Singosari, 1222-1292 (70 tahun); Kerajaan Sunda, 669-1579 (9,1 abad). Dari fakta sejarah ini pertanyaan yang muncul adalah kenapa Kerajaan Sunda dapat bertahan 9 abad lebih sedangkan kerajaan lainnya di Pulo Jawa, termasuk Kerajaan Majapahit yang termashur, tidak lebih dari 2,5 abad?

Hingga saat ini parasejarawan di Jawa Barat belum ada yang bisa memberi penjelasan atau argumen mengenai kejayaan Kerajaan Sunda. Kalaupun ada yang mencoba membahasnya pada umumnya hanya bertumpu pada ilustrasi sipat orang Sunda yang tidak rakus kekuasaan, sehingga di Kerajaan Sunda tidak pernah terjadi perang memperebutkan kerajaan.

Sudah barang tentu argumen tersebut tidak cukup untuk menjelaskan mengenai apa yang menyebakan Kerajaan Sunda yang dapat bertahan selama 9 abad lebih itu. Bahkan memunculkan pertanyaan baru: Kenapa orang Sunda tidak tergiur oleh kekuasaan? Kenapa orang Sunda tidak memperdulikan tahta atau kedudukan, setidaknya sampai jatuhnya Kerajaan Sunda?

Untuk menjawab pertanyaan kenapa Kerajaan Sunda dapat bertahan selama 9,1 abad, dugaan (hipotesa) lain yang patut dikedepankan adalah: karena paktor alam. Di wilayah Kerajaan Sunda yang meliputi Jakarta, Banyumas, dan sebagian daerah Brebes, terdapat banyak gunung berapi sehingga tanahnya subur, daerahnya berbukit-bukit yang memberikan air berlimpah ruah pada penduduk.

Dengan kata lain, alam di wilayah Kerajaan Sunda memudahkan orang Sunda untuk menjalani kehidupan dengan baik dan teratur, termasuk dalam hal mementukan tara ruang. Alam telah memberikan segala-galanya pada orang Sunda termasuk keindahan pemandangannya. Ada pernyataan yang termashur: Tuhan menciptakan Priangan sambil tersenyum.

Jaman Kerajaan Sunda, raja-raja Sunda sangat memperhatikan sekali lingkungan, demikian juga kerajaan-kerajan bagian (Kerajaan Sunda menganut sistem seperti negera federal sekarang, tidak memusatkan kekuasaan pada satu tempat atau satu tangan, tidak seperti di kerajaan di Jawa). Bahkan di salahsatu kerajaan bagian, rajanya memberlukan hukuman mati bagi yang merusak alam.

Naskah kuna Carita Parahyangan (CP) tatkala menggambarkan keberhasilan Prabu Wastukancana dalam memimpin Kerajaan Sunda menulis begini (terjemahaan): Air, cahaya, angin, langit, dan bumi pun merasa senang berada dalam genggaman pelindung dunia. Ini mengandung arti para panguasa Sunda memperlakukan alam dengan baik. Mereka sangat mengerti pada keadaan alam di wilayahnya.

Karena itu, jaman Kerajaan Sunda, di Tatar Sunda menurut beberapa peminat sejarah, tidak pernah terjadi bencana alam, banjir, longsor dan sebagainya. Perobahan iklim dunia tidak terasa di Tatar Sunda, karena Tatar Sunda mempunyai iklim mikro yang mampu membendung pengaruh iklim global. Meskipun dalam hal gunung meletus, data geologi menunjukkan di wilayah Tatar Sunda pernah terjadi.

Keadaan alam Tatar Sunda berbeda dengan di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Naskah kuna Pararaton, sumber sejarah penting di Jawa Timur, beberapa kali menyebutkan terjadinya gunung meletus saat di Majapahit berkecamuk perang Paregreg sepeninggal Hayam Wuruk. Bahkan menurut Pararaton, Majapahit pernah dilanda krisis pangan yang sangat parah.

Parageolog menduga di wilayah Majapahit pernah terjadi musibat seperti lumpur Lapindo sekarang. Konon Sungai Berantas juga alirannya berpindah, padahal sungai tersebut urat nadi perekonomian jaman itu. Karena itu bisa disebutkan kejatuhan Majapahit bukan hanya semata-semata terjadi perang saudara memperebutkan tahta dan kekuasaan, tetapi juga karena paktor, termasuk bencana alam.

Akan tetapi, karena manusia sekarang ini tidak mampu membaca dan memaknai sejarah, di Tatar Sunda alam dan lingkungan tidak dijaga dengan baik, malah sebaliknya dirusak habis-habisan. Jawa Barat pun menjadi daerah yang paling rawan bencana: longsor, musim kemarau terjadi kekeringan sehingga lahan pertanian kekurangan air, dan pada musim hujan banjir selalu menjadi persoalan.

Sisa-sisa kearifan parapendahulu Sunda tentang alam dan lingkungan, masih dapat dijumpai di masyarakat adat: di Kanekes (Baduy), Kampung Naga, Kampung Dukuh, Kampung Kuta, Kampung Ciptagelar, dan Kampung Cikondang. Mereka menjalankannya dengan konsisten sehingga hutan lindung (leuweung tutupan) yang mereka miliki terjaga kelestariannya.

Berkaitan dengan keadaan alam dan lingkungan secara nasional, kita dapat menaruh tanda tanya besar di belakang kata Indonesia. Negara kita sudah berumur 65 tahun (1945-2010). Jika kerusakan alam dan lingkungan semakin menjadi-jadi dan tidak ada upaya yang sistemik untuk mencegahnya, kira-kira mampukah negara kita dapat bertahan lebih dari dua abad? ***

priatna

Ternyata Hitler Dikubur di Surabaya

1324977003674851082

Kontroversi tentang kematian Sang Fuhrer Jerman sampai saat ini masih diliputi dengan misteri, sampai saat ini belum ada bukti yang mendukung secara konkrit akan kisah sang pemimpin nazi ini bagaimana akhir hayat dan di manakah dikuburkannya.

Selama ini informasi yang didapat bahwa Hitler meninggal di sebuah bunker di Berlin Jerman pada saat perang dunia ke II dengan cara bunuh diri. Ada yang menyatakan bunuh diri dengan menmbak kepalanya sendiri dan versi lain bunuh diri dengan cara meminim racun sianida. Namun dari hasil otopsi pihak Amerika dengan tes DNA bahwa tengkorak kepala yang di duga jasad Hitler ternyata tengkorak wanita.

Timbul pertanyaan asebenarnya kapan dan di manakah Hitler minggal? apakah benar Hitler tewas bunuh diri pada perang dunia ke II? Kejanggalan tersebut membuat sebagian orang menjadi penasaran dengan kisah legenda Jerman ini.

Konon katanya Hitler itu tidak meninggal di bunker Berlin tapi kabur ke Indonesia dengan menyamar sebagai seorang dokter. Cerita ini di kisahkan oleh seorang dr Sosrohusodo, dokter lulusan Universitas Indonesia yang pernah bertugas di kapal yang dijadikan rumah sakit bernama ‘Hope’ di Sumbawa Besar.

Hitler bersembunyi di Indonesia sejak 1954 sampai 1970 dengan menggunakan nama samaran dr Poch. dr Poch tinggal di Dompu lalu pindah ke Bima, selanjutnya pindah ke Kabupaten Sumbawa Besar, kemudian bekerja menjadi dokter di Rumah Sakit Umum Kabupaten Sumbawa Besar. dokter tersebut tak bisa berjalan normal, dia selalu menyeret kaki kirinya ketika berjalan.

Seluruh penduduk pulau Sumbawa kenal dengan dokter ini, yang di panggil dengan julukan “dokter Jerman”. Dr Poch bertemu dengan gadis sunda bernama Sulaesih yang sedang mengembara dan menikahinya. Dr Poch meninggal di Surabaya danadi makamkan di Ngagel.


Ini hanyalah salah satu kisah seorang dr dari Jerman yang dikait-kaitkan dengan Sang Fuhrer Nazi yang terkenal itu. Benar tidaknya wallahu’alam. Kematian Hitler di bunker Berlin itu tetap masih misteri karena peristiwa pada saat itu tiak ada saksinya hanya cerita dari mulut ke mulut saja.

Jadi, tidak menutup kemungkinan Hitler meninggal di Indonesia. Bisa iya dan bisa tidak…Harian Pikiran Rakyat pada tahun 1983 terdapat sebuah artikel tentang Hitler
Wassalam
Hendi Nukasep

Dilpomat Iran Selamatkan Ribuan Warga Yahudi !

Meskipun sekarang hubungan antara Iran dan Israel sangat tegang,dan senantiasa saling mengancam satu dengan lainnya.Bahkan nyaris terjadi peperangan secara terbuka antara kedua bangsa tersebut,disebabkan ulah pemerintahan mereka masing-masing.Akan tetapi antara kedua bangsa itu pernah juga sebelumnya terjalin hubungan yang sangat baik,sehingga rela berkorban untuk menyelamatkan sahabatnya tersebut.

Hal inilah yang sangat menarik ketika membaca sebuah buku yang berjudul”The Leon’s Shadow” yang ditulis oleh Fariborz Mukhtary .Dalam buku itu di ceriterakan bagaimana heroiknya salah seorang diplomat Iran yang mempertaruhkan nyawanya sendiri untuk menyelamatkan komunitas Yahudi,ketika orang-orang Yahudi terancam jiwanya oleh pasukan Gestapo Nazi itu.,sebagaimana diceriterakan oleh warga Yahudi , sebagai saksi hidup yang mengalaminya sendiri kisah tersebut.

Diplomat Iran itu adalah Abdul Husein Sardari,seorang di plomat Iran yang berkedudukan di posnya Paris,Perancis.Sebagai seorang diplomat Iran untuk Perancis banyak menyelamatkan warga Yahudi Iran di Perancis dari kekejaman pasukan Nazi ketika seluruh Perancis berhasil dikuasai oleh Jerman. Elain Senahi Cohanim yang sudah berusia 70 tahun ketika berupaya meloloskan diri dari Perancis , karena pasukan Nazi Jerman sudah sepenuhnya menguasai seantero negeri Perancis,meskipun perlawanan yang dilakukan oleh gerakan Perancis merdeka dibawah pimpinan Charles De Guille masih terus berlangsung secara gerilya itu.

Dalam proses meloloskan diri dari Perancis itu,nyonya Cobahanim bersama suaminya Nasser Cohanim tinggal di Paris,dan ayahnya George Senahie sebagai pedagang tektile mendiami sebuah rumah besar di bilangan komplek Manmorenty ,sekitar 25 kilomter diutara Paris.Dalam The Leon’s Shadow juga disebutkan bagaimana Abdul Hussein Sardary membuat ribuan pasport Iran bagi komunitas Yahudi di Paris,untuk menyelamatkan mereka dari kebiadaban Nazis Adolf Hitler tersebut.

Dalam perang dunia tersebut,Iran memang bersikap neutral sehingga Teheran tetap di hormati kedaulatannya oleh negara-negara yang terlibat dalam perang yang menelan korban puluhan juta itu.Dalam kmonteks inilah Abdul Husein Sardary banyak menyelamatkan warga Yahudi dari rumah-rumah tahanan Nazi di Perancis,dengan memberikan passport kepada mereka sehingga dianggap sebagai warga Iran yang segera pula di kirim ke Iran .Karenanya tidak mengherankan sekiranya di Iran sekarang terdapat banyak komunitas Yahudi dengan kebebasan menjalankan ajaran agamanya masing-masing.

Dalam sejarah juga tercatat,bahwa memang bangsa Parsia yang sekarang lebih dikenal dengan sebutan Iran pernah juga melakukan hal serupa terhadap bangsa Yahudi.Pada tahun 586 Seb.M ,Raja Nebukadnezar dari Babylonia menguasai Yudea ,dan masyarakat Yahudi ditawan lalu di buang ke Babylonia sampai tahun 539 Seb.M sehingga dalam sejarah disebut dengan “Pembuangan Babylonia”.Selanjutnya Babylonia dikuasai oleh Kerajaan Parsia,maka raja Parsia Cyrus tahun 539 Seb.M membebaskan masyarakat Yahudi lalu kemudian mengembalikannya ke Palestina.

Oleh sebab itu kiranya antara bangsa Parsia(Iran)dan Yahudi(Israel)sesungguhnya pernah saling membantu satu dengan lainnya,sebagaimana juga pendeta Yahudi membantu Salman Al Parsia dalam mencari kebenaran hidupnya sehingga bertemnu dengan nabi Muhammad SAW di Medinah.Salman ini kemudian menjadi salah seorang sahabat Rasulullah SAW,serta menjadi arsitek strategi “Khandaq”(Parit) pasukan mmuslim saat terkepung oleh pasukan koalisi musyrikin Arab Quraisy,bani Nadir,dan kabilah Arab dan Yahudi lainnya.Dalam Al Qur’an peperangan tersebut dikenal dengan perang al Ahzab.

Nah kalau dahulu antara Iran dan Israel bisa berhubungan baik dan harmonis,saling hormat-menghormati satu sama lainnya,sekarangpun hal itu tidak mustahil terjadi jika kedua pemerintahannya di Tel Aviv dan Teheran menghendakinya.Semoga kedua bangsa ini bisa rukun harmonis kembali sebagaimana telah mereka praktikkan dalam sejarah peradaban dunia .

Muhammad Nurdin

Revolusi yang Memakan Anak Sendiri, Tan Malaka

Pria itu, yang tangis pertamanya bergaung di Pandan Gadang, pada 2 Juni 1897, kelak bertumbuh menjadi tokoh yang revolusioner. Dialah Ibrahim Datuk Tan Malaka, anak tertua dari keluarga Simabur. Sebagai datuk, gelar tertinggi, dia membawahi kelaurga Simabur, Piliang dan Chaniago.

Riwayat hidup pria ini, yang membujang sampai akhir hayatnya, memang sarat warna, getaran, dan ayunan. Cerita hidupnya menjurus ke mitos, terutama di tempat kelahirannya, ranah Minangkabau sana. Setiap orang tua dengan bangga akan menceritakan ke anak-anaknya tentang kehebatan pria ini, yang konon bisa menghilang di satu tempat dan tiba-tiba muncul di tempat lain yang terpaut ratusan kilometer dalam sekedipan mata.

Dia memang misterius. Ada 13 alamat rahasia dan paling tidak tujuh nama samaran. Dalam pelariannya, di Manila dia adalah Elias Fuentes atau Estahislau Rivera, di Pilippina Selatan dia adalah Hasan Gozali, di Burma dia menjadi Oong Soong Lee, di Singapura menjadi Tan Ho Seng, dan saat kembali ke Indonesia dia bersalin wujud menjadi Ilyas Husein. Dia juga berbicara dalam beragam bahasa, Melayu, Belanda, Inggris, Jerman, Perancis, Tagalog, Tionghoa. Dan di Minangkabau sana, dia dijuluki si badung dari Pandan Gadang.

Dan dia memang pria hebat, terutama bukan karena apa yang dilakukannya terhadap republik ini, tetapi karena konsistensinya dan komitmennya yang sekeras karang. Jalan perjuangan yang dipilihnya itu, jalan revolusi, meskipun dia tahu berujung di kesunyian dan kesendirian, tetapi itulah yang diyakini, dipilih, dan dijalani dengan hati yang keras. Seorang gadis yang mencintainya, Paramita Rahayu Abdurrachman mengatakan: “Tan kelewat besar buat saya, dia hidup tidak normal”. Maka berakhirlah romantisme itu.

Dia adalah manusia pertama yang mencetuskan ide keindonesiaan, pada tahun 1925, tiga tahun sebelum sumpah pemuda, dan dituangkannya dalam karyanya yang fenomenal, Naar de Republiek Indonesia. Di situ dia menekankan betapa pentingnya persatuan dan betapa berbahayanya perpecahan. Meski tidak dicatatkan dalam sejarah, tapi tak layak pula kita melupakannya. Lalu dia memilih jalan revolusioner untuk mewujudkan idenya, kemerdekaan harus 100 persen, tanpa kompromi dengan siapapun. Bagi Tan Malaka, merdeka membawa kita ke dalam dua arah. Pertama bebas dari ketakutan dan penjajahan, dan kedua tidak menebar terror terhadap siapapun. Pemikiran yang sangat elok.

Idenya ini, konsep keindonesiaan, adalah gila dan berbahaya. Maka Belanda mengejarnya, Jepang mengejarnya, ke mana saja dan di mana saja. Tan menghindar, berkelit, sambil terus berpropaganda tentang keindonesiaan.

Dari sejarah Yunan sampai penjajahan Jepang, bangsa Indonesia tidak mempunyai riwayat kesejarahan selain perbudakan, katanya. Dan di dalam perbudakan, mitoslah yang berkembang, ratu adil, satria piningit dan lain-lain. Solusinya dirangkum di dalam karyanya, menjadi warisannya yang paling otentik, MADILOG. Di situ, di Madilog itu, dia mencoba mengubah mental budaya pasif menjadi kelas sosial baru yang berlandaskan sains dan bebas dari alam pikiran mistis. Yang pertama harus diubah adalah pikiran, katanya di dalam Madilog. Jadi MADILOG itu adalah tentang cara berpikir, bukan tentang cara bertindak. Dan itu semua ditulisnya dalam suasana kemiskinan, penderitaan, dan kesepian yang sangat ekstrem. Bagai mana tidak?, saat itu dia tinggal di sepetak kandang ayam di Rawajati Timur, Kalibata. Tetapi dari sinilah muncul puncak kualitas orisinil pemikiran terbaik dari Tan Malaka, sang pria mitos itu.

Seperti apa Indonesia yang diimpikannya?, sejak awal dia sudah tegas bahwa eks Hindia Belanda harus menjadi Republik Indonesia. Gagasan yang kemudian digunakan Sukarno. Dalam gagasannya, republik tidak menganut trias politika, tetapi republik adalah sebuah negara efisien yang dikelola oleh sebuah organisasi. Dia tidak percaya Parlemen, itu tak lebih dari sekedar warung tempat orang-orang adu kuat suara, berisik, menipu, dan berbual, yang harus diongkosi negara dengan biaya tinggi. Wabah trias Politika sama sekali tidak menyentuh Tan Malaka. Kita, yang hidup di zaman ini, akan mengatakan bahwa itu adalah bangunan negara yang tidak demokratis. Tetapi dengarkanlah penjelasannya. Jika karena ketiadaan badan legislatip menyebabkan negara tidak demokratis, maka partai politik, organisasi kemasyarakatan, ASEAN, dan PBB adalah lembaga yang tidak demokratis, katanya.

Dan inilah titik persimpangan itu. Dari sinilah dia mulai menempuh jalan yang berbeda dengan para rekan sejawatnya, Sukarno, Hatta, Sjahrir, Sudirman, dan lainnya. Tetapi dia memang pria yang teguh, dan konsisten. Dia percayai jalan yang ditempuhnya, lalu dijalaninya dengan segenap rasa dan raga. Dari kontribusinya terhadap perjuangan kemerdekaan sewajarnya dia memperoleh jabatan terhormat di republik yang digagasnya itu. Tetapi tidak, dia tidak seperti itu, kualitasnya jauh di atas itu. Meskipun jalan yang dipilihnya menjadi jalan kesunyian, ketersingkiran, dan pengorbanan, tetapi itulah pilihannya. Maka republik yang digagasnya itupun mencaci-maki, dan tragisnya membunuh dia.

Dari dalam kubur suaraku akan terdengar lebih keras dari pada di atas bumi, katanya. Dan diapun tewas, 16 April 1949, ada yang menyebut 21 Februari 1949, oleh peluru dari republik yang digagasnya itu. Bahkan tanggal kematiannya, dan juga makamnya, tetaplah misterius, semisterius orangnya.

Revolusi memakan anaknya sendiri.

Jonny Hutahaean

Ada Piramida di Kota Dodol???

Saya baru mendengar berita tentang berita piramida garut ini tadi sekitar pukul 19.00 WIB di on the spot. Takjub, pertama kali mendengar dan melihatnya, beberapa pertanyaan mulai berkecamuk dalam hati saya, Benarkah itu Piramida??? Apa itu piramida buatan manusia ataukah piramida yang tercipta karena adanya fenomena alam? Saya langsung saja search di google mengenai piramida garut ini.Dan setelah saya membaca informasi-informasinya, maka ini adalah tulisan yang saya tulis berdasarkan pemahaman sederhana dari apa yang saya baca.



Piramida merupakan sebuah bukti kejayaan masa lampau yang menunjukkan adanya peradaban dunia di sana. Piramida sendiri banyak terdapat di Mesir, seperti piramida yang terkenal di sana yaitu piramida giza. Lalu benarkah Indonesia juga memiliki piramida yang sama luar biasanya seperti piramida giza?


Menurut sebuah penelitian yang dilakukan oleh Tim Bencana Katastropik Purba, mereka meyakini bahwa di balik timbunan tanah di gunung Sadahurip, garut Jawa Barat, terdapat piramida buatan manusia, yang bahkan berusia lebih tua dari Piramida Giza di Mesir. Piramida garut ini juga masih controversial karena masih banyak ahli di Indonesia yang mengatakan bahwa tak ada sejarah adanya piramida di Indonesia. Namun, penelitian tetap dilakukan karena hal ini bisa saja terjadi, karena semuanya ini mungkin. Dan bila hal ini terbukti, Indonesia bisa mempunyai situs sejarah yang sama bahkan bisa lebih dari piramida Giza di Mesir.



Penemuan piramida garut ini hampir sama dengan ditemukannya piramida di Bosnia, yang sudah dikenal sebagai masyarakat goa yang primitive, pada april 2005 lalu. Namun, Anggota Tim Bencana Katastropik Purba yang dibentuk Kantor Staf Khusus Presiden Bidang Bantuan Sosial dan Bencana, Iwan Sumule, sendiri membantah bahwa penemuan ini terinspirasi dari piramida Bosnia, karena pada awalnya penelitian yang dilakukan di gunung Sadahurip ini adalah untuk mencari tahu sejarah gempa masa lalu dengan meneliti patahan yang ada di sana. Jadi, penemuan piramida garut ini adalah sebuah ketidaksengajaan.


Penelitian masih terus dilakukan guna memastikan adanya piramida garut ini. tim katastropik purba juga telah menggunakan metode Interferometric Syntetic Aperture Radar (IFSAR) yang mana dari gambar yang dihasilkan dapat dilihat sebuah gambar telanjang piramida di sana. Selain,itu dalam gambar itu juga dapat ditemukan adanya batuan yang lebih pendek di sekitar pyramid, batu pendek itu diduga merupakan piramida yang lebih kecil atau bahkan spinx seperti yang ada di Mesir. Penelitian dengan metode georadar dan geolistrik juga sudah dilakukan dan hasilnya menunjukkan bahwa ini bukanlah fenomena alam tapi merupakan murni buatan manusia atau man made. Selain itu, berdasarkan penelitian carbon dating umur batuan di Gunung Sadahurip sendiri lebih dari 10.000 tahun, Artinya kalau Piramida Giza di Mesir berusia sekitar 3.000 tahun sebelum masehi, maka piramida garut ini berusia lebih dari 10.000 tahun. Untuk tingginya, piramida garut ini diperkirakan memiliki tinggi 200 m, sungguh temuan yang luar biasa.



Saya pribadi berharap piramida garut ini adalah nyata dan bisa segera terkuak. Karena hal ini bisa menjadi bukti bahwa dahulu Indonesia adalah pusat peradaban dunia. Selain, itu ada sebuah buku yang menunjukkan bahwa Indonesia merupakan daratan atlantis yang hilang yang merupakan pusat peradaban dunia. Semoga piramida garut ini segera terungkap kebenarannya.
Intan Cahya Alfiana

11 Fenomena UFO Menghebohkan di Tahun 2011

Termasuk dalam daftar adalah petisi UFO pada Gedung Putih.

Penampakan UFO di New Orleans (Daily Mail)


Bahwa di alam semesta ada kehidupan selain di Bumi, itu dimungkinkan. Namun, jika keberadaan mahluk luar angkasa (alien) dianggap diwakili penampakan UFO (unidentified flying object), tak ada bukti ilmiah yang mengkonfirmasi hal itu.

Namun, terus saja muncul cerita-cerita soal UFO, yang membuat orang bertanya-tanya, menuntut pembuktian, atau bahkan mentertawakannya. Tergantung sudut pandang dan keyakinan kita terhadap UFO.

Salah satu cerita yang menghebohkan adalah diajukannya petisi terhadap pemerintahan Obama, agar Gedung Putih, yang disebut mengetahui kehadiran makhluk ekstraterrestrial, mengungkap dokumen-dokumen dari seluruh lembaga, termasuk militer, yang relevan dengan fenomena itu.

Seperti dimuat situs Huffington Post, ada 11 kabar tentang UFO yang sempat membuat heboh di tahun 2011. Kebanyakan, mengecewakan mereka yang percaya dengan piring terbang, bahwa alien telah mengunjungi Bumi.

1. Misteri UFO New Orleans

Dalam jeda iklan pertandingan American football antara Colt dan Saint, 23 Oktober 2011, stasiun televisi NBC menayangkan video 30 detik yang menunjukkan obyek misterius berbentuk tongkat di belakang gereja, St Louis Cathedral.

Tayangan itu memicu spekulasi heboh, ada yang menyebut itu meteor, serangga yang terbang di dekat lensa kamera, sampai UFO.

Belakangan, video yang menjadi sensasi Internet akhirnya terpecahkan. Seorang juru kamera NBC mengakui bahwa cahaya tersebut sebenarnya sebuah pesawat terbang yang melintas di atas katedral, lalu sedikit disunting dengan menggunakan efek tertentu. Pesawat jadi terlihat menyerupai UFO karena efek kameranya.

2. Gedung Putih jawab petisi UFO

September lalu, Gedung Putih meluncurkan situs 'We The People' dimana rakyat AS dapat mengirim petisi mengenai isu negara pada wakil rakyat. Setelah dua petisi tentang UFO dimasukkan dalam situs ini, para pecinta UFO terpaksa harus gigit jari setelah Gedung Putih hanya merespon dengan pernyataan belum ditemukan bukti konkrit keberadaan alien. Baca: Gedung Putih Tanggapi Petisi UFO

3. Soviet-Nazi di balik insiden Roswell 1947

Sebuah buku yang ditulis Annie Jacobsen tentang Area 51, instalasi militer rahasia AS di Nevada, mengungkap dugaan kerjasama Soviet dan Nazi dalam proyek rahasia UFO di Roswell.

Jacobsen mengatakan, Stalin berada di balik insiden UFO menghebohkan yang terjadi di Roswell, New Mexico pada 1947. Ada dugaan, Joseph Stalin merekrut Josef Mengele si 'Malaikat pencabut Nyawa' Nazi, untuk mengoperasi anak-anak suapaya terlihat seperti alien pada 1947.


4. Dokumen kuak militer AS masih tertarik UFO

Angkatan Udara Amerika Serikat mengklaim telah menghentikan penyelidikan UFOnya pada 1969 -- yang diungkap tahun 2011. Namun berdasarkan dokumen milik AU pada 1975, ada beberapa usaha jet militer yang berusaha menangkap benda asing yang dicurigai UFO, walau hasilnya nihil.

5. UFO di atas Baitul Maqdis, Yerusalem

Akhir Januari lalu, beberapa video yang menunjukkan penampakan UFO di atas situs Islam, Baitul Maqdis, Yerusalem, Jumat 28 Januari 2011 lalu.

Dari rekaman yang diambil pada malam hari itu, terlihat bahwa sebuah cahaya terang turun dari langit ke bagian atas bangunan Temple of the Rock (disebut juga dengan kubah batu atau Qubbat Al-Sakhrah). Tempat ini dipercaya umat Islam sebagai tempat di mana Nabi Muhammad melakukan Isra' Mikraj (perjalanan ke surga) dengan menumpang Bouraq.

Video itu lalu menghebohkan pengguna internet. Namun video ini kemudian dianggap hoax (palsu) karena menggunakan latar suara yang sama.
6. Pengakuan Pemalsuan data UFO

Mantan kepala divisi UFO Kementerian Pertahanan Inggris Nick Pope meminta maaf atas kebohongan publik yang dilakukannya semasa masih menjabat. Ia mengaku menyesal menjadi bagian kebijakan yang menyebarluaskan testimoni penampakan UFO palsu.

7. Inggris ungkap dokumen rahasia UFO

Inggris Raya merilis 8.500 dokumen tentang UFO yang sebelumnya berstatus sangat rahasia. Dokumen-dokumen ini dapat diakses secara gratis di internet sejak awal Maret 2011.

8. Mantan gubernur mengaku saksi UFO

Pada Agustus 2011 lalu, History Channel menyiarkan sebuah program khusus UFO yang didasarkan dari buku laris, "UFOs: Generals, Pilots, and Governemnt Officials Go On The Record" karya Leslie Kean.

Program ini menyiarkan pengakuan eksekutif administrasi Federal Aviation yang mengaku dilarang bicara soal UFO oleh CIA. Juga mantan gubernur Arizona, Fife Symington akhirnya mengakui dan menceritakan kesaksian dramatisnya soal UFO.

9. Plang: ini TKP penculikan UFO

Negara bagian New Hampshire memasang penanda jalan atas nama Betty dan Barney Hill, warga yang mengklaim pernah diculik alien pada 1961. Penanda jalan dipasang di dekat titik 'penculikan' mereka.

10. Benang merah pembunuhan JFK dan UFO

JFK ternyata tak hanya memiliki ketertarikan terhadap UFO, namun ia diketahui menulis catatan terkait UFO 10 hari sebelum kematiannya.

Dokumen yang diungkap tahun 2011 mengungkap, satu catatan yang dikirimkan ke CIA meminta semua dokumen terkait UFO, sementara catatan satunya yang dikirim ke NASA, menggambarkan keinginannya bekerjasama dengan Uni Soviet untuk kegiatan luar angkasa.

Penulis, William Lester mengklaim, temuan yang ia dapat adalah benang merah keyakinan penganut teori konspirasi bahwa, CIA membunuh Kennedy untuk mencegahnya menguak tabir UFO. Namun, dalih Lester dihujani kritik. Ia diduga berkoar dengan amunisi dokumen palsu.

11. FBI rilis data UFO

Klaim FBI bahwa UFO tidak memerlukan penyelidikan serius seolah dimentahkan sebuah dokumen dari tahun 1947 untuk Kepala FBI J. Edgar Hoover.



Pada 2011 terkuak, dokumen yang dikirim seorang agen dari Wisconsin ini melaporkan, ditemukannya benda asing kecil berbentuk disk yang memiliki sel fotoelektrik, motor elektrik, dan baling-baling di sebuah lapangan. Walaupun si agen menyatakan barang asing tersebut buatan anak-anak, namun hal ini mengindikasikan Hoover menganggap UFO sebagai isu yang cukup penting.

Studi: Bumi Selalu Miliki Dua Bulan

Headline


Baru-baru ini kita dihebohkan dengan berita bahwa Bumi memiliki dua Bulan. Namun ilmuwan memberitahu bahwa hal tersebut merupakan hal lumrah.

Sebuah studi terbaru mengungkap bahwa Bumi selalu bulan kedua. Ketika para ahli astronomi menemukan objek putih titanium misterius pada 2006, mereka mengira bahwa benda itu merupakan pecahan roket angkasa.

Para ilmuwan memberi nama objek tersebut sebagai 2006 RH120, yang ternyata merupakan sebuah satelit alami. Objek tersebut berukuran hanya beberapa meter saja, tapi tetap saja masuk kategori sebagai 'satelit', yang juga mengelilingi Bumi.

Studi terbaru dari para ilmuwan tersebut mengklaim bahwa objek tersebut bukan merupakan sebuah anomali, melainkan sebuah bulan kedua yang permanen.

"Memang umumnya, setidaknya memang setidaknya ada satu satelit alami yang berukuran kecil," ujar Mikael Granvik, Jeremie Vaubaillon dan Robert Jedicke dari Cornell University. Demikian seperti dikutip dari ST.

Jadi, Bumi kita memang memiliki dua buah Bulan, meski yang satu lagi berukuran sangat-sangat-sangat kecil. Tapi setidaknya kita tidak perlu menerbangkan astronot untuk mempelajarinya, tinggal menunggu jarak lintas terdekatnya saja.

Senin, 26 Desember 2011

Tarbiyah Dalam Filosofi dan Simbolisasi Jogjakarta

Masyarakat Jawa dalam sejarahnya sarat dengan simbol-simbol dalam tiap ajarannya. Terkadang, banyak simbol-simbol yang terkesan mengandung animisme dan dinamisme. Namun, tahukan teman-teman semua bahwa simbol-simbol dalam budaya Jawa sebenarnya banyak mengandung nilai pendidikan? Hmm… kesan animisme,dinamisme, klenik atau apa pun itu dalam budaya Jawa sebenarnya adalah bumbu tak sedap yang sengaja ditambahkan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab dalam melestarikan budaya Jawa. Siapakah orang-orang itu? Siapa lagi kalau bukan kolonial Belanda yang tidak ingin masyarakat Indonesia menjadi pintar dan religius.



Baiklah saya tidak akan membahas kejahatan kondpirasi kolonial Belanda untuk membodohi masyarakat Indonesia. Tapi di sini saya akan membahas mengenai bagaimana orang-orang ‘dulu’ memiliki niatan luhur untuk mewariskan nilai-nilai tertinggi sebagai manusia kepada kita. Pun dengan Jogjakarta sebagai kota yang sarat dengan nilai budaya Jawa. Untuk itu kita akan bahas pelajaran-pelajaran bermakna yang terdapat dalam perjalanan menyusuri Krapyak sampai Tugu Jogja, yang saya sebut Tata Kota yang Berkemanusiaan.



Kita mulai perjalanan dari Krapyak, Jogjakarta. Di sini ada pesantren yang cukup terkenal yakni Al Munawwir. Siapa yang menyangka bahwa Krapyak dulunya adalah hutan belantara yang bisa digunakan keluarga Sultan untuk berburu?? Hutan dalam filosofinya melambangkan kegelapan. Maka keluar dari Krapyak adalah simbolisasi dari keluar dari kegelapan. Next place adalah Plengkung Gading atau yang sering disebut Wijen. Wijen dalam budaya Jawa memiliki arti biji. Maka di sinilah kemudian kita menjadi biji yang siap untuk tumbuh. Setelah tumbuh dari Wijen maka kita akan melalui Alun-Alun Selatan. Dulu, alun-alun selatan memilki susunan taman dengan pohon yang berjajar teratur. Maka di sinilah, biji itu ditanam yang akan tumbuh teratur. Setelah biji ini ditanam, maka kita akan melakukan perjalanan yang diawali dari Kompleks Kraton. Di kompleks inilah terjadi kompleksitas hidup. Di dalamnya terdapat miniatur hidup dengan segala tempaannya. Dengan kata lain, di sinilah proses tarbiyah itu berlangsung.



Setelah melalui proses tarbiyah yang cukup panjang, maka keluarlah kita dari kompleks Kraton dan menuju Alun-alun Utara yang dulunya adalah tempat yang sepi. Here it is. Tempat meditasi alias menyepi. Di sini diibaratkan jiwa manusia menjadi sunyi dari kesenangan-kesenangan dunia. But, wait….our journey doesn’t stop here. Setelah ini kita akan menemui godaan pertama, godaan syubhat, yakni perempatan kantor pos besar. Terdapat empat simpang besar yang merupakan simbol dari pilihan-pilihan kita sebagai manusia. Keyakinan kita terhadap Ihdinasshirathal Mustaqim diuji.




Alhamdulillah, ujian pertama terlewati. Tetap fokus dan berjalan lurus. Kita akan menemui pasar Bringharjo yang merupakan simbol godaan untuk mampir dan menghentikan perjalanan sejenak. Maka tetap menatap ke depan dan fokus pada tujuan yaknik Tugu Jogja. Berhasil! Tetap berjalan lurus. Dan kemudian kita akan menemui godaan puncak dari semuanya, yakni godaan kekuasaan yang dilambangkan dengan Kepatihan.



Jika kita berhasil melewati Kepatihan maka tak lama lagi kita akan sampai di Tugu Jogja. Tugu Jogja yang runcing ke atas melambangkan hubungan vertikal dengan Allah swt. Sehingga dapat diartikan bahwa kehidupan yang lurus adalah kehidupan yang kembali kepada Allah swt. Perjalanan menuju kebenaran langit yang akan membawa kita kepada kebaikan dunia.^^



Coba perhatikan, perjalanan antara Krapyak dan Tugu terletak dalam satu garis lurus. Artinya, tata kota semacam ini tidak mungkin direncanakan dalam semalam. Tapi tentunya dengan perencanaan yang matang dan direncanakan oleh orang-orang yang berilmu juga. Sayangnya, penerjemahan simbol dan filosofi semacam ini sudah jarang dikaji atau mungkin memang saya yang kurang update. Hehe

taken from pelajaran Abi dalam Hikmatuttasyri’


@masjid Rumah Allah

Kusuma Wardhani

Batu Larung, Bukti Peninggalan dan Kekayaan Sejarah Jambi



1324894617338548288

Penampakan Batu Larung dari depan




Semua berawal ketika saya melihat sebuah papan merek berwarna putih, ukuran 1 meter persegi yang terbuat dari besi dan plat, tinggi sekitar 1 meter dari permukaan tanah, dipingir jalan poros antara Desa Tuo dan Desa Nilo Dingin, Kecamatan Lembah Masurai, Kabupaten Merangin Provinsi Jambi.


Ditengah merek tersebut saya membaca tulisan nama yang cukup besar “BATU LARUNG, SITUS NILO DINGIN”, diatasnya tertulis, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Jambi, Wilayah kerja Provinsi Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu dan Kepulauan Bangka Belitung.


Bagi orang yang pertama kali membaca merek begini pastinya desar-desir, penasaran dan bertanya-tanya, seperti apa sih batu larung itu? Hmmmm..


Rasa penasaran ternyata menyerang saya juga, bahkan lebih kuat dari yang saya kira, apalagi saya waktu itu hanya seorang diri melintas dengan sepeda motor, siapa yang mau ditanya coba?


Dari dulu Batu Larung cuma dengar cerita aja, sekarang saya sudah berada di depannya,


ahhh,,dalam hati kenapa mesti banyak berpikir, daripada berperang dengan penasaran mending parkirkan motor dan segera pecahkan penasaran ini.



Setelah memarikirkan motor, saya kemudian menyusuri jalan yang berada dibelakang papan merek ini, dikiri-kanan spanjang jalan ditumbuhi tanaman kulit manis yang sudah cukup tua, kemudian ada juga tanaman kopi, kedua jenis tanaman ini memang sering dilihat disekitaran wilayah ini, rasanya menjadi tanaman andalan bagi sumber ekonomi masyarakat desa disini.


Wuih..tidak terasa saya sudah berjalan kurang lebih 15 menit, jalan disini sedikit basah dan becek, wajar, karena musim hujan dan tanah.


Hmmm…


Steah 15 menit berjalan dari kejauhan saya mulai melihat seperti ada rumah di depan sana, saya kemudian mempercepat langkah dan akhirnya sampailah di depan tempat yang saya anggap rumah tadi.




13248947541547168993

Batu Larung Nilo Dingin


Wow..saya merasa takjub dengan apa yang terlihat, karena sekeliling tempat ini dipenuhi oleh bunga-bunga yang warna warni, berpagar besi keliling dengan motif garis transparan setinggi satu meter, di dalam rumah tanpa dinding ini saya melihat batu bulat panjang berdiameter satu meter, dengan panjang mungkin hampir 4 meter, warna abu-abu, dan di bagian depan benda ini saya melihat ada motif gambar menyerupai manusia, dari samping bagian tengah terlihat lubang yang cukup menganga, saya rasa benda ini patah atau pecah dimakan usia, tapi apa yang lihat di depan mata ini pastinya sudah menjawab rasa penasaran yang menjadi-jadi setengah jam yang lalu. Inilah Batu Larung itu, akhirnya saya sudah melihat dengan mata kepala saya sendiri tentang apa yang menjadi cerita selama ini. Selanjutnya tentu saja dengan rasa pede saya mengambil foto dan video atas saya dan apa yang saya lihat, setelah cukup dan merasa puas saya kembali menyusuri jalan dimana saya datang tadi.
Selanjutnya saya bermalam di desa Nilo Dingin, salah satu desa asli yang berada dibawah kaki Gunung Masurai dan Gunung Nilo, jadi kebayang deh suhu disana, dingiiiiiiiiiiiin sob !

Di desa ini, besoknya saya ngobrol dengan salah satu orang tua atau yang biasa disebut dengan Datuk, umurnya sudah 80 tahun, saya kemudian bertanya-tanya tentang sejarah atau cerita terkait Batu Larung ini, setidaknya versi masyrakat setempat.


Dari pembicaraan singkat bersama Datuk, saya mendapatkan keterangan bahwa batu larung ini sudah lama sekali ada, menurut cerita turun temurun Batu Larung sudah ada sebelum penjajahan belanda dulu, kalo belanda (VoC) masuk ke indonesia abad 16-an, berarti batu larung sudah ada sebelum abad 16, waw…udah lama juga ya..!


Trus waktu belanda masuk kedaerah ini konon ceritanya sempat mau membawa atau mengambil batu ini, tapi berhasil dicegah oleh masyarakat.




13248949081336415620

Desa Nilo Dingin


Sejarah tentang Batu Larung (konon) masih berkaitan dengan legenda Si Pahit Lidah, menurut Datuk ceritanya begini, pada jaman dahulu saat itu ada seseorang sedang mencari kulit kayu untuk dinding dan atap rumahnya, pada saat istirahat (kecape’an) dia bersandar pada pohon atau batang kayu tersebut, kemudian mengambil sirih dan tembakau mau menyirih, ketika orang tersebut sedang meramu sirih tiba-tiba muncul Si Pahit Lidah di hadapanya, orang ini lantas kaget dan seketika itu pula dia langsung menjadi batu, gambar manusia yang nampak di batu larung itu (konon) adalah gambaran orang tersebut pada saat itu.
oh ya, batu larung ini menurut Datuk dari dulu hingga sekarang masih ditempat yang sama loh..!

Batu Larung selain di Desa Nilo Dingin juga ada di desa tetangga yaitu Dusun Tuo dan sekitarnya, Desa Tuo sejak jaman belanda menjadi salah satu pusat pemerintahan Marga Pratin Tuo, yaitu system pemerintahan dan adat yang masih berbasis Marga, sejak adanya sistem pemerintahan desa Marga Pratin Tuo sekarang menjadi 7 (tujuh) Desa, antara lain desa Nilo Dingin dan Dusun Tuo ini, bukti-bukti peninggalan belanda masih terlihat dengan jelas di desa Dusun Tuo ini, Penasaran kan? Makanya lihat aja sendiri kesini,..!! gratis kok,


13248949971924977834

Foto saya bersama Datuk

semoga bermanfaat ya, kalo panjang umur ntar kita berbagi lagi tentang kekayaan sejarah dan budaya daerah ini, salam.
willy jambi

email : willy_jambi@yahoo.com, Kontak : +62 0852 7373 9383

Fakta yang Tak Terungkap di Balik Hancurnya Bagdad

Fakta yang tak terungkap…..

Selama ini kita mengetahui dari berbagai sumber baik yang di publish ataupun tidak bahwa kehancuran daulah abbasiyah khususnya hancurnya kota bagdad karna kehebetan pasukan mongol yang di pimpin oleh Hulagu Khan…banyak orang mengira bahwa Hulagu merupakan sosok orang dan pemimpin yang kuat dan cerdas. Dan tahukah anda bagaimana peristiwa sebenarnya pasukan tentara mongol menghancurkan bagdad?.

Singkat cerita bahwa masyarakat mongol pada kala itu merupakan masyarakat yang masih no-madden(berpindah-pindah) danhidup di hutan dan belum berperadaban,ketika mereka pertama kali menginjak tanah jazirah arab yang sudah berperadaban dengan banyak kemajuan di berbagai bidang para tentara mongol ini menyukai susasana yang terdapat di daerah tersebut,dan singkat cerita ketika mereka memasuki kota bagdad yang di mana kota itu merupakan ibu kota daulah abbasiyah,mereka di sambut dan di terima dengan baikdan di beri berbagai fasilitas untuk hidup oleh penguasa yang berkuasa pada waktu itu yaitu khalifah mu’tasim pada tahun 656 H,dan ketika para tentara mongol tersebut di persilahkan untuk istirahat di dalam istana,mereka tidak mengerti bagaimana memakai fasilitas tidur seperti kasur,selimut,ranjang dan lain-lain karna mereka terbiasa hidup dan tinggal di hutan yang selalu berpindah-pindahdan tidur din tenda-tenda,maka karna ketidak mengertian mereka tersebut akhirnya mereka berinisiatif untuk membuat tenda di luar istana dan membawa keluar semua selimut-selimut dan tirai-tirai yang akan di gunakan untuk alat pembuat tenda,setelah mereka berhasil mengeluarkan semua peralatan yang sekiranya mereka butuhkan,maka mereka bingung karna dalam pembuatan tenda harus ada tiang,akhirnya Hulagu mengerahkan pasukannya untuk mengerahkan kuda-kuda mereka untuk menarik tiang-tiang istana,akhirnya runtuh lah istana daulah abbasiah di bagdad karna ulah pasukan mongol yang mengambil tiang-tiang istana dengan menggunakan kuda untuk pembuatan tenda mereka. Dan setelah pendirian tenda para pasukan mongol di bawah pimpinan Hulagu Khan ini selesai dan telah meruntuhkan istana karna kebodohan mereka,maka mereka merasa lapar dan membutuhkan makanan,karna pada awal kedatangan mereka di bagdad mereka telah di berikan banyak bekal makanan dari istana seperti hewan kambing,sapi dan lain-lain maka mereka berniat untuk membakar kambing-kambing tersebut,tetapi mereka berkendala pada alat untuk membakar maka mereka mengambil buku-buku dan semua yang terdapat di dalam perpustakaan baitul hikmah untuk dibakar.maka hanguslah semua khazanah islam yang terbesar di daulah abbasiah dan lagi-lagi di sebabkan karna kebodohan para pasukan tentara mongol tersebut.

Jadi dari uraian di atas kita bisa menyimpulkan bahwa hancurnya bagdad bukan karna kehebatan para tentara mongol di bawah pimpinan Hulagu Khan melainkan karna kebodohan para tentara mongol tersebut.

Deni Maulana Ishaq

Sejarah Kampung Adat Lewohala



Nama Kampung


Nama kampung: Lewohala Lolon Melu-Tanah Wuring Lamabura). Merupakan salah satu Kampung adat di Desa Jontona–tepatnya di Lereng Gunung Ile Ape-Kecmatan Ile Ape-Kabupaten Lembata-NTT


Nama Lewohala berasal dari nama depan seorang prajurit perang yang bernama:Hala Tede” yang pada saat perang perebutan tanah Lewohala dialah yang menumpas Hulubalang terkenal pihak lawan yang bernama: “Ekan Watan Lolon”


Nama Lewohala juga berasal dari nama sebuah pohon yakni: pohon “Hala” (generasi), pohon tersebut yang kemudian dijadikan lambang dari Lewohala yang mencerminkan keindahan dan keteduhan serta kedamaaian




SEJARAH KAMPUNG LEWOHALA


Masyarakat adat Lewohala pada mulanya berasal dari kepulauan Maluku (Serang Gorang Abo Muar). Pada tahun 1000 masehi, Nenek Moyang kami berangkat meniggalkan tempat asalnya mencari tempat baru untuk didiami. Adapun alasan perpindahan sebagai berikut:


1. Sengketa antara kakak beradik ( puke kawi lusi lei, geni kawa magarai)


2. Perang antar kampung yang tidak berkesudahan


3. Terdesak oleh pendatang-pendatang baru


Dengan demikian nenek moyang kami mulai membuat perahu ( tula tena tani laya) dan menyiapkan segala keperluan untuk berlayar mencari tempat hunian baru. Mereka kemudian berlayar ke arah barat Nusantara (seba nuho gena katan).



13248975361998802627

-ini adalah salah satu rumah adat di Kampung adat Lewohala-di Lereng Gunung Ile Ape-Lembata-NTT




Setelah beberapa lama dalam pelayaran, tibalah mereka di suatu tempat yang dikenal dengan nama pulau Lepan Batan –Keroko Puken (uli taga sao songe-kebo tena lulu laya).


Cukup lama mereka tinggal disana dan akrab dengan penduduk-penduduk disekitar yakni: Kedang Kalikur.


Pada suatu hari masyarakat Serang Gorang membuat pesta dan mengundang orang Kedang untuk menghadiri pesta mereka. Tuan pesta membunuh ternak berupa kambing dan babi untuk menjamu para tamu. Anehnya masyarakat Kedang tidak berselera dengan lauk pauk yang dihidangkan. Para tamu hanya mau makan jika disajikan daging belut (tuna), karena daging belut tidak tersedia, pesta akhirnya ditunda. Para pelaya diperintahkan untuk mencari belut di laut ( perepa/hutan bakau). Belut yang dicari di dalam hutan bakau tak juga ditemukan. Sementara dalam pencarian, tiba-tiba para pelayan bertemu dengan seorang pencari ikan, kepada pencari ikan para nelayan bertanya; adakah ia ( pencari ikan) pernah melihat tuna? Jawab pencari ikan” saya hanya pernah mendengar ceritra bahwa disini ada tuna piaraan dalam lubang bakau, milik seorang tuan tanah”. Mendengar itu para nelayan langsung menuju ketempat dimana tuna dipelihara dan memasang api di depan lubang. Sambil menunggu keluarnya tuna, mereka bernyanyi (sole) sebagai berikut: “ lodo hau tuna bera lodo hau, tobo miang pae wenge tuna bera lodo hau”.


Karena kepanasan akhirnya tuna tersebut keluar, dengan gembira para pelayan mengambil dan membawanya pulang untuk disajikan sebagai hidangan perjamuan dengan para tamu dari Kedang.


Sepanjang malam acara pesta digelar, sole-oha memecah kesunyian malam. Kira-kira pukul 03.00 pagi, awan mendung menutup langit, guruh gemuruh Guntur disertai petir menggelegar seakan membelah bumi, bersamaan dengan datangnya hujan nan lebat, banjir bandang segera melanda kampung, keramaian pesta berubah seketika, masyarakat menjadi ketakutan. Pembesar kampung membunyikan nafiri pertanda bahaya segera menimpa. Tak berapa selang, terasa gempa mengguncang bumi, bersamaan dengan laut pasang, bencana hebat melanda kampung lepan batan-keroko puken (blebu lebu, blera lerang), ditengah ketakutan, pembesar kampung mengumumkan agar masyarakat segera menyelamatkan diri.


Masing-masing mereka lalu menyelamatkan diri menggunakan perahu. Ada yang kemudian berlayar ke arah utara, selatan, timur dan barat. Yang berlayar menyusuri pantai utara lalu tiba di Kedang (meru wetan tuka-para wailolon), sedangkan yang berlayar menyusuri pantai selatan kemudian melabuhkan perahunya di nila wuyo kape, lama lera dan lewo bala, sebagian lagi terus berlayar dan tiba di pulau adonara dan pulau solor (wulo sodong-arang bao). Wulo sodong, tanah boleng, arang bao, waiwuring- sagu arang.



Nenek moyang cukup lama mendiami kedang dibawah pimpinan ola baga tugu wulan dan pati useng kei lera sedangkan yang di adonara dibawah pimpinan pati arakiang dan kayo wua boli ama.


Tidak lama nenek moyang tinggal di waiwuring dan sagu arang, karena semacam penyakit aneh menimpah yakni: penyakit ketili witi dan udung lawaj. Mereka akhirnya mengambil keputusan untuk mencari tempat baru. Mereka berlayar menuju ile anakoda, dan sempat menurunkan sebagian di lewokea (lewotolok-sekarang) dan sebagian berlayar terus ke arah utara timur. Dan tibalah mereka di bui baran dan melabuhkan perahunya.


Disamping tanjung lakadoni bapak hali sabo ama sempat menggal sebuah sumur di depan jong bute balu bihang, mereka kemudian memutuskan untuk menetap. Setelah sebulan mereka tinggal, terjadila perundingan diantara mereka untuk membagi tugas dan tempat tinggal.


Pembagian itu yakni:


1. Kaka lewo bolo


2. Arin lewo lere


Kaka lewo bolo tinggal di lereng gunung ile ape dengan tugas: tanam kelapa, pisang, pinang dan siri. Sedangkan arin lewo lere tingggal diantara pantai dan gunung yakni: kewatu moting dan sekaligus bertugas mencari ikan (nelayan), masak garam, bakar kapur untuk dibarter antara mereka.



Kakan lewo bolo kemudian menetap disebuah tempat bernama mita rota guma gole. Ditempat tersebut sudah ada penghuninya yakni tede tawa tanah, disana mereka hidup bersama. Kedatangan mereka atas undangan tede tawa tanah untuk membantu melawan musuhnya yang bernama sadu rupa lima letu dan ekan watan lolon.


Setelah saling mengenal mereka kemudian berunding untuk membangun kekuatan bersama menyerang musuh sadu rupa lima letu dan ekan watan lolon. Perang cukup banyak memakan korban, baik korban jiwa maupun harta beda. Namun demikian musuh besar belum berhasil ditumpas. Karena terus saja mengalami kekalahan mereka kemudian meminta bantuan dari saudara-saudara mereka yang tinggal di kedang tepatnya yang tinggal di meru watan tuka para wailolon dibawah pimpinan ola baga tugu wulan dan pati usen kei lera.


Beberapa delegasi diutus untuk menemui ola baga tugu wulan dan pati usen kei lera. Ola baga tugu wulan dan pati usen kei lera, kemudian menyetujui permintaan dan akhirya berangkat bersama. Dalam perjalanan pulang mereka sempat melabuhkan perahunya di wai bao hadakewa. Dari situ mereka berlayar lagi menuju okang paga wewa matan. Adapun barang yang dibawah oleh ola baga tugu wulan dan pati usen kei lera adalah:


1. Wuhu pito labi lema (senjata kuno)


2. Sedo wu nake lolong (ritual pesta kacang)


3. Api lera ku keneheng (alat pembuat api dari bambu)



Di okang paga wewan matan telah mereka berjumpa dengan para pembesar kakan lewo bolo dan arin lewo lere, juga pembesar tana tawa, perjumpaan diwarnai isak tangis.


Mereka kemudian berunding untuk membangun strategi perang melawan musuh. Perang demi perang dilalui namun musuh belum juga berhasil ditumpas.


Oleh karena sering mengalami kekalahan, mereka kemudian mengutus delegasi menemui sadu rupa lima letu untuk berunding. Strategi ini boleh dibilang berhasil, putri kesayangan sadu rupa lima letu somi solang gewo (kewa kala nidi) dinikahkan dengan a’wote abo ama (soge laka rowe) dari suku serang gorang.


Perkawinan dimaksud untuk mencari tahu rahasia perang dan kekuatan sadu rupa lima letu serta benteng pertahanan sadu rupa lima letu. Somi salang gowa akhirnya membeberkan seluruh rahasia kekuatan ayahnya sadu rupa lima letu kepada suaminya a’ wote abo ama (soge laka rowe).


Berbekal ceritra dari somi solang gewo, nenek moyang kemudian mulai berundig dan membangun strategi baru.


Diceritrakan bahwa: sadu rupa lima letu dan ekan watan lolon bertempat tinggal di atas pohon (lewwa). Salah satu kebiasaan sadu rupa lima letu adalah membuang air kencing melalui saluran yang terbuat dari sebatang bambu bulu.


Suatu malam di kediaman sadu rupa lima letu sedang berlangsung pesta pernikahan yang meriah, saat yang ditunggu-tunggu pun tiba. Panglima a’ wote abo ama (soge laka rowe) bergerak menuju kediaman sadu rupa lima letu dan menunggu persis didekat saluran bambu. Tak lama berselang, terdengar derap langkah sadu rupa lima letu.


A’ wote abo ama dengan segera memasukan panahnya kedalam lubang saluran, setelah terlihat air seni menetes panah pun dilepas. Sadu rupa ima letu tewas seketika dan jatuh dari atas pohon lewwa. A’ wote abo ama lalu memotong kaki dan tangan sadu rupa lima letu dan kemudian dibawanya menuju namang (tempat hiburan) dimana seluruh masyarakat sadu rupa lima letu sedang berpesta. Ia lalu membuangkaki dan tangan sadu rupa lima letu ketengah kerumunan. Melihat itu masyarakat menjadi panik, ditengah kepanikan seorang tukang sole masih sempat lagukan solenya yang berbunyi: “ sedan aku digelema, pelali lei ge sadu rupa lima letu lei hae. Tutu padu solang dama dai hotoro uhe “ obor kemudian dinyalakan untuk memastika kaki dan tangan siapa yang dibuang itu. Masyarakat terkejut dan semakin panik ketika mengetahui bahwa kaki dan tangan tersebt milik panglima besar mereka sadu rupa lima letu. Karena ketakutan mereka kemudian melarikan diri untuk bersembunyi. Ketika pagi menjelang, ekan watan lolon membunyikan nafiri untuk memanggil masyarakatnya berkumpul dan menguburkan mayat panglima besar mereka.



Suasana haru menyelimuti masyarakat sadu rupa lima letu. Kesedihan itu semakin menjadi ketika kemudian diketahui bahwa orang yang menbunuh sadu rupa lima letu adalah suami dari somi solang gewo- a’ wote abo ama. Akibat kejadian ini perang sempa terhenti untuk beberapa saat.


Namun setelah itu, ekan watan lolon membangun lagi kekuatan untuk melancarkan serangan kepada suku serang gorang dan tanah tawa. Lagi-lagi korban berjatuhan terlebih pada suku serang gorang dan suku tanah tawa. Dituturkan pula bahwa, perang saat itu menyebar sampai ke lewotolok. Ekan watan lolon dan pasukannya selalu menang dalam pertempuran itu. Oleh karena kemenangan dalam peperangan, ekan watan lolon kemudian melagukan sebuah sole sebagai berikut: “ jadi hala, hala lawa jadi hala, tolok ile ale gole, lawa jadi hala”. Sole sindiran ini menyebabkan kemarahan besar pihak serang gorang dan tanah tawa. Strategi perang baru pun mulai disusun. Para prajurit serang gorang pun diperintahkan panglimanya untuk menggali lubang jebakan dan memasang ranjau pada tempat yang biasa dilalui ekan watan lolon musuh besar mereka.


Strategi ini berhasil menangkap ekan watan lolon. Tubuh ekan watan lolon kemudian ditarik ke kampung serang gorang oleh panglima hala tede dan prajuritnya. Rakyat serang gorang yang selama ini memendam kemarahan berbondong-bondong datang menyaksikan musuh besar mereka yang berhasil ditangkap. Tak ketinggalan kaum ibu, yangdatang dengan membawa pisau dan mengiris sedikit demi sedikit tubuh ekan watan lolon. Luka yang mengangah kemudian disirami garam bercampur Lombok dan cuka. Tidak puas dengan perlakuan itu, ekan watan lolon kemudian diseret ke lewotolok untuk didera. Dalam perjalanan pulang ekan watan lolon meratapi nasibnya sebagai berikut: “ kaka sadu take kae, nong go ekan watan lolon gali hae, pana-pana kai mataj lali kepa bunu tali, gawi-gawi kai lola weli wulo dopi lara. Tanah sira paji ike ekan laga doni pama buto bote nai doan kuma doro nai lela”. Pada akhirnya ekan watan lolon meninggal dan dimakamkan disebuah tempat yang bernama “kepa tawa”


Meninggalnya dua panglima perang ini membuat rakyat watowita dan kumata bagaikan anak ayam yang kehilangan induknya. Dibawah pimpinan anak kandung sadu rupa lima letu yang bernama leba letu, mereka kemudian pergi mencari tempat hunian baru.



TERBENTUKNYA KAMPUNG LEWOHALA


(Honi tobo wani pae lewohala)



Berdirinya kampung Lewohala ditandai dengan upacara sejuk dingin yang disebut dengan: “ tewu tanah sira paji, wulu bure bala kenera, hodi ekan lagadoni lodan sode namang gole”. (upacara menebus tanah dengan sebatang gading-moko dan kalung emas/Lodan). Benda adat tersebut di atas diberikan kepada suku witak lamawaleng, luwo waleng koli baran.



Wulu Bure Bala Kenerang dibawah ke Koli Buto sedangkan Lodan Sode Namang Gole dibawah ke Ebak. Setelah penyerahan benda-benda adat tersebut, masyarakat Serang Gorang dan masyarakat Tanah Tawa dibawa pimpinan para pembesarnya masing-masing membangun Lewotanah Lewohala. Masyarakat kemudian membangun rumah untuk dihuni sebanyak tujuh pulu tujuh buah rumah yang kemudian berkembang menjadi tujuh pulu tujuh suku, (jumlah rumah adat tersebut masih tetap dipertahankan sampai sekarang). Setelah kampung terbentuk, masyarakat kemudian berunding untuk memilih pemimpin yang akan memimpin Lewohala yang lazim disebut Belen Raya. Adapun tata cara pemilihan Belen Raya adalah sebagai berikut: dilakukan lomba menarik bambu yang dipotong, tanpa dibersihkan dari ranting dan daun. Syarat dalam perlombaan adalah bambu ditarik dengan posisi terbalik, yakni bagian ujung bambu berada didepan.


Titik star lomba adalah kampung (Lewohala) sampai ke pantai. Suku yang sampai terlebih dahulu di pantai berhak menjadi pemimpin. Lomba ini kemudian dimenangkan oleh suku Serang Gorang atau suku pendatang. Hasil perlombaan ini dianulir oleh suku Tanah Tawa, karena suku pendatang berlaku curang dalam perlombaan. Akhirnya disepakati cara kedua yakni dengan membuat Ceremony adat gantung domba (peke ehang). Masing-masing pihak menanggung seekor domba, domba tersebut digantung pada saat bersamaan. Namun sebelumnya, masing-masing pihak menyampaikan doa.


Upacara dimulai, domba digantung. Dua ekor domba mati pada jam yang sama, tetapi domba milik suku Tanah Tawa kakinya tertutup, yang menandakan bahwa tidak ada jalan. Selain itu jasad domba berbauh dan dipenuhi ulat berbulu serta lalat. Sedangkan domba milik suku Pendatang (Serang Gorang) mati dengan kaki terbuka, serta tidak berbauh. Keadaan inilah yang kemudian diputuskan bahwa suku pendatanglah yang paling berhak memimpin kampung Lewohala.


Walaupun demikian dalam struktur pemerintahan asli saat itu tetap melibatkan suku asli. Adapun pembagian tersebut adalah sebagai berikut:


Ø Belen Werang dijabat oleh Serang Gorang



Ø Belen Leing dijabat oleh Serang Gorang


Ø Raya Lein dijabat oleh Tawa Tanah


Ø Raya Werang dijabat oleh Serang Gorang


Benda adat seperti yang disebutkan diatas, berupa Moko Lodon dan Gading seluruhnya ditanggung oleh Serang Gorang untuk menebus tanah Lewohala.



Batas wilayah adat lewohala:


1. Utara : Gunung Ile Ape


2. Selatan : Teluk Waienga- Teluk Lewoleba


3. Timur : Desa Lamawolo


4. Barat : Desa Ama Kaka dan Desa Tagawiti


Suku-Suku yang mendiami kampung Lewohala:


1. Wungu Belen terdiri dari:


a. Gesi Making


b. Domaking



c. Laba Making


d. Halimaking


e. Soro Making


f. Krowe Making


g. Duli Making


h. Tede Making


i. Lewo Kedang


j. Roga Making


k. Beni Making



l. Puho Boto


m. Lado Angin


n. Lewo Hura


o. Puka Lolong


p. Lewo Tubun- Narawayong


q. Au Urang


2. Wungu Blumer


a. Pureklolon


b. Matarau




1324897671135659430

-salah satu gading adat (gading gaja) di rumah adat suku Balawangak-salah satu suku/klan di Kampung adat Lewohala-Sumber foto-Doc.Pribadi



c. Balawanga


d. Lamatapo


e. Lamawalang


f. Lamablolu


g. Bekayo


h. Langoday



i. Lamabahy


j. Atanila


k. Langotukan


l. Lewokdanga


Desa-Desa komunitas adat Lewohala:


1. Baopuke


2. Waiwaru


3. Kimakama


4. Muruona



5. Woipuke


6. Ohe


7. Bao



III. Sejarah Kedatangan Penghuni Suku


Penghuni suku yang mendiami Lewohala umumnya berasal dari kepulauan Maluku (Serang Gorang Abo Muar).


Awal mula dari Serang Gorang, Nenek Moyang berada dibawah naungan satu suku besar yakni: “ Suku Seram Sara Luka, Luwa Goran Lobi Au” sedangkan suku asli yang sudah menetap terlebih dahulu adalah Suku Duli Making Dan Tede Making ( Tawa Tanah-Gere Ekan).


IV. Tradisi Yang Diwariskan



Tradisi yang diwariskan nenek moyang adalah hasil ciptaan dan buah pikir dari para leluhur yang di bawah dari serang gorang.


V. Hukum Adat


1. Adat Perkawinan : Pain Napan


2. Adat Kematian : Keju Maten


3. Penghamilan Liar : Gowa Sagi


4. Selingkuh : Turu Tobo


5. Merapas Isteri Orang : Toban Nukan, Gui Kele


VI. Tokoh-tokoh purba


1. Pati Arakian



2. Kayo Wuan Boli Ama


3. Oikeko Lado Rua


4. Wotan Waiwuring


5. Ola Baga Tugu Wulan


6. Pati Useng Kei Lera


7. Sibeni Bunu Tiwa


8. Kerua Sili Lolo


9. Duli Tede Hala-A’ Wote Abo Ama


10. Gesi-Do-Laba-Beni



11. Hali-Sorong-Ola Abo Ama


12. Tede Pure Balawanga


13. Nila Tutu Lungu-Lura Toda Wolo


14. Pure Dong Laba-Hore Laba Taran


15. Laba Lele Demo Ama


16. Aba Taran Gorang



VII. Jenis Ritual Adat


Ø Pesta Kacang



Urutannya sebagai berikut:


a. Sawe Nuku (Penggantung Nuki di Koke Atamuki)


b. Tuka Kiwan-Lua Watan (Pergi Pulang Gunung Pantai) untuk menyuguhkan sesajian bagi


para leluhur ditampat upacara (Nuba Nara)


c. Belai: Perjamuan bersama bagi anak gadis Wungu Belumer di Koke


d. Dora – Dope: Berburu ayam piaraan untuk sesajian para Leluhur


e. Pau Lango: Perjamuan anak suku di rumah adat masing-masing.


f. Sora Utan Lango Belen: Perjamuan bersama di rumah besar untuk beberapa suku tertentu


(Suku-Suku Wungu Belen)



g. Penu Koke Lera Tena: Perjamuan bersama di kelima Koke Lewohala sesuai pembagian


kelompok suku.


h. Juang wua: Pawai siri pinang yang dilakukan oleh Belen Raya Lewo Werang dan Belen Raya


Lewolein (Hebo Elo Tora Woke)


i. Ina Ratang: Perjamuan bersama anak-anak gadis Belen Raya Lewowerang



VIII. Struktur Lembaga Adat




IX. Sejarah Rumah Adat



Pada awalnya Nenek Moyang tidak memiliki tempat tinggal. Hidup mereka sangat menggantungkan nasibnya pada alam sekitarnya, hidup mereka selalu berpindah-pindah dengan maksud mencari makan di hutan.


Setelah terjadi perkembang biakan manusia, dari satu garis keturunan mereka mulai berpikir untuk membangun pondok-pondok sederhana untuk tinggal bersama.


Adapun tujuan dari tinggal bersama adalah:


1. Mudah membangun kekompakan untuk membelah diri dari serangan musuh


2. Mudah mengadakan upacara-upacara seromonial adat dan ritual yang dibutuhkan


3. Saling membantu dalam segala kesulitan yang dihadapi


Seiring dengan bertambahnya jumlah manusia, rumah-rumah semakin banyak dibangun. Selain itu mereka yang terlahir dari satu garis keturunan bersepakat untuk membangun sebuah rumah sebagai induk (bliwo kawa) yang sengaja dibiarkan kosong dan hanya dipakai pada saat tertentu, seperti membuat ritual adat.


Adapun tujuan dari pembangunan rumah sendiri adalah menjaga bentrok intern antara sesama kakak beradik yang dapat menghancurkan kerukunan keluarga.




Proses pembuatan rumah adat


a. Pembuatan Dena (Dolu Alang) / Boti Atu – Borang Kota


b. Pengadaan bahan-bahan local


- Pengadaan tiang


- Pengadan palang (munung-mape)


- Pengadaan kuda-kuda dan tongkat kuda-uda (nu lake-wola wae)


- Palang atas, bawah, muka dan belakang (nore-kawang-blope)


- Pengadaan bahan-bahan penangkis bala/penyakit (kotemane)



- Pengadaan atap dan tali pengikat setelah semua bahan siap, membangun rumah sampai selesai.


c. Fungsi rumah adat


- Tempat membuat upacara adat


- Tempat berkumpul anggota-anggota suku dan kepala suku untuk suatu urusan adat


d. Bentuk dan arti rumah adat


- Atap : melambangkan kekompakan anggota suku


- Dinding : kekuatan


- Tiang : melambangkan peran anggota suku


- Balai utama: tempat ritual (kenata bele, liri wanan)



- Tempat tidur (uli one), mada-pendopo


- Hoi : tempat menyimpan makanan


- Bentuk rumah adat: empat (4) air


X. Tempat ritual di kampung adat


a. Rumah adat / rumah besar


b. Koke-bale: tempat perjamuan bersama


c. Nepi-basa: tempat upacara piara kambing


d. Manfaat rumah adat: tempat berdoa dan pemberian sesajian kepada para leluhur


e. Sanksi : apabila upacara tidak dilakukan sesuai ketentuan jadwal dan aturan mainnya maka penyakit yang dapat berujung kematian akan menimpa






XI. Benda purba kala


Barang-barang peninggalan benda purbakala adalah sbb:


Moko, gading, guci, maeriam kuno, piring tanah, belaong, lodan, parang dan tombak.


Semua barang-barang kuno sebagai bukti sejarah ini disemayamkan pada balai utama (kenata belen) dan mempunyai kekuatan gaib. Apabila ada yang dengan sengaja dan secara tahu dan mau merusak, mencuri untuk kepentingannya maka malapetaka akan menimpanya sepanjang hidup, bahkan sampai pada anak keturunannya.


XII. Makanan tradisional


1. Ketemak/kebose/munga


2. Nasi campur jagung dan kacang



3. Keleso/lepi


4. Putu, ubi kukus, ubi bakar


XIII. Jenis pakian adat dan fungsinya


1. Wate hebe, topo, kerokong: pakian harian/pesta dan dapat digunakan untuk hadiah bagi anak-anak pada saat pernikahan


2. Wate mea: digunakan untuk balas gading dan juga hadiah buat anak gadis pada saat pernikahan


3. Senai/kewodu/senawe: pakian harian buat pria


XIV. Tarian adat


1. Hedung/ tari perang


2. Tari rotan



3. Tari neba


4. Tari tambang


5. Tari bambu


XV. Permainan tradisional


1. Eda


2. Pesu


3. Bie


4. Kote


5. Kemote



6. kepasa


XVI. Kearifan local (muru naki)


1. Larangan memetik kelapa


2. Larangan menangkap ikan


3. Larangan membuka kebun baru


XVII. Mata pencaharian


1. Bertani


2. Nelayan


3. Berburuh



4. Tenun ikat



dan….


Kami menyadari akan kekurangan dan kelemahan kami dalam penulisan Profil Lewohala ini. Kami senantiasa selalu mengharapkan masukan, saran, dan kritikan dari segenap pihak guna menyempurnakan tulisan yang masih sangat sederhana ini agar nilai-nilai luhur sejarah Lewohala dapat diwariskan kepada generasi-generasi yang akan datang dan dapat dijadikan sebagai pegangan hidup mereka.

Semoga……Group Orang Baopukang
sandro wangak

Ketidakstabilan Status Sang Nyai

Kehidupan sosial perempuan, baik itu perempuan Jawa maupun Eropa banyak dikaji di dalam cerita oleh para novelis abad XIX. Mereka mencermati proses sosial yang terjadi di dalam masyarakat kolonial dan menuangkannya ke dalam tulisan-tulisan. Para novelis yang terkenal di masa itu adalah Marie Sloot (menggunakan nama pena Melati van Java), Francois Junius, Mina Kruseman, Therese Hoven dan lain-lain. Pengarang yang disebut pertama dikenal sebagai tokoh yang menempatkan pribumi sebagai kaum yang memiliki superioritas moral, sedangkan yang lainnya-seperti orang Eropa lainnya-tidak. Salah satu novelnya berjudul De familie van den Resident bermaksud mengatakan bahwa seorang perempuan indo yang lahir dari pembantu Jawa yang mengenal peradaban jauh lebih baik daripada perempuan Belanda secantik apapun dia.

Perempuan Mestizo, Indies, Tionghoa, dan Inlander

Kata Mestizo atau Eurasia atau indo mengarah pada orang yang berdarah campuran Eropa dan Asia, yang mereka memiliki kehidupan sosial tersendiri dan terpisah dari kehidupan masyarakat Eropa. Kata Indies digunakan untuk merujuk orang yang lahir di Eropa, namun tinggal di Indonesia dan melakukan kebiasaan Mestizo, bukan Eropa lagi. Atau kebalikannya, seorang anak yang lahir dari nyai Jawa namun tinggal dengan ayahnya dan diakui, dan menerapkan kehidupan Eropa juga dapat disebut Indies. Kelompok Tionghoa merupakan kelompok tersendiri yang disebut dengan istilah Timur Asing. Mereka kebanyakan berprofesi di bidang niaga, dan menjadi saingan bisnis orang-orang Eropa. Selanjutnya, inlander adalah penduduk pribumi pada umumnya, atau orang indo yang tidak diakui oleh ayahnya. Golongan indo masuk dalam sebuah lingkaran kehidupan sosial yang rumit. Mereka ada yang berasal dari anak perempuan pribumi yang menikah dengan imigran secara sah, namun ada juga yang merupakan anak dari seorang gundik. Jika mereka anak yang sah, hal itu tidak menjadi masalah, namun jika mereka adalah anak-anak dari seorang gundik, hal ini sedikit rumit.

Nyai, Sang Pengatur Urusan Rumah Tangga

Pada masa VOC, batasan boleh atau tidaknya menikah adalah berdasar agama Kristen atau non Kristen. Akan tetapi, dibuatlah undang-undang pada tahun 1848, yang menghilangkan batasan agama untuk pernikahan. Oleh karenanya, orang Eropa boleh menikahi orang Asia dengan syarat mematuhi hukum eropa yang berlaku. Mahalnya biaya untuk formalitas perempuan asia yang ingin “berpindah” menjadi Eropa menyebabkan praktik perbudakan sebagai gundik masih banyak terjadi.

Kata “Nyai” yang merupakan istilah yang biasa digunakan untuk panggilan seorang gundik ini dikenal di Jawa, Sunda dan Bali. Keberadaan kata yang telah ada sejak zaman VOC ini diperkirakan berasal dari Bali karena pada waktu itu Bali adalah pemasok budak.[1] Budak-budak inilah yang kemudian menjadi gundik di waktu selanjutnya, karena peraturan yang menyatakan dihapusnya perbudakan tahun 1860.

Nyai, oleh karenanya dapat dikatakan berasal dari status paling bawah-masyarakat paling miskin. Selama ini mereka menjadi nyai dinilai karena kepentingan meterial, atau hanya karena iseng. Jikalau alasan itu yang selama ini dilontarkan, lalu bagaimana dengan alasan kebutuhan para laki-laki imigran? Mereka yang pada dasarnya pembantu rumahtangga menjadi pengatur kehidupan domestik para tuannya: memasak makanan, membersihkan rumah, dan melayani kebutuhan seks, serta mereka juga bersolek dengan pakaian khusus para nyai sebagai simbol status. Mereka mencegah para tuannya agar tidak mengunjungi tempat-tempat pelacuran, sehingga dapat mengurangi terjadinya penyakit kelamin. Sebenarnya, Nyai tidak hanya diambil oleh para laki-laki Eropa, namun juga Tionghoa. Akan tetapi, di sini bahasan akan dikerucutkan kepada kelompok yang disebut pertama.

Ketika pegawai perkebunan Belanda harus lajang, karena keberadaan perempuan (Eropa) dinilai akan menambah biaya hidup yang dikeluarkan oleh perkebunan dan akan mengganggu aktivitas mereka dalam bekerja, maka disarankan agar mereka memelihara nyai di rumah. Dalam pada itu, pergundikan dan pelacuran adalah realitas sehari-sehari di kalangan tentara. Mereka hidup di tangsi-tangsi bersama nyai, disamping ada juga tentara pribumi yang hidup bersama istri dan anak-anaknya.

Nyai boleh dikatakan tidak memiliki hak atas apapun, atas anak yang dilahirkannya dari hasil samenleven, bahkan ketika sang imigran itu secara resmi menikahinya. Tak jarang suami membatasi ibu pribumi untuk bertemu dengan anaknya karena mereka berada di tempat yang berbeda untuk dididik secara barat. Ketika sang imigran menikah dengan perempuan Eropa, nasib anak nyai semakin dilematis: apakah diakui dan menjadi bagian dari kelompok Eropa, dan hidup bersama ibu tiri, ataukah tidak diakui dan kembali bersama ibu kandungnya menyandang gelar pribumi.

Ketidakstabilan Status

Menarik untuk dicermati, bahwa di satu sisi nama-nama seperti Kembang dan Njai Dasima ini sulit untuk diterima di masyarakat karena citranya yang tidak berbeda jauh dengan pelacur. Akan tetapi, ketika nyai berada serumah dengan laki-laki imigran, meskipun statusnya belum dinikahi secara sah, mereka secara lahiriah diperlakukan secara terhormat dengan istri sah dan seakan-akan mendapatkan kenaikan status. Mereka seperti telah menjadi bagian dari kehidupan para tuannya. Apalagi jika kemudian tuannya menikahinya, maka nyai mengalami kenaikan status secara resmi-menjadi bagian dari orang Eropa. Akan tetapi ketika tuannya menikahi orang Eropa lain, maka ia biasanya akan diusir, bersama anak-anaknya atau tidak, dan kembali menjadi kaum inlander yang berstatus sosial rendah dan digunjingkan.

Keadaan seperti di atas mencerminkan betapa status sosial masyarakat di masa kolonial dinilai dari ras apakah Eropa, pribumi, atau Timur Asing. Sepandai dan secantik apapun dia juka pribumi, maka tetap saja statusnya rendah. Disisi lain, perempuan-perempuan Belanda yang malas, dan cenderung bodoh dinilai berstatus tinggi.

Status sosial perempuan pribumi dan indo tidak stabil karena ditentukan oleh siapa ia berpasangan. Jika nyai sudah tidak dibutuhkan, mereka diusir dari rumah dan menjadi pribumi. Anak-anak indo dapat membuktikan betapa tidak stabilnya status sosial di masyarakat kolonial ini. Jika ayah mereka mengakui mereka sebagai sebagai voorkinderen (anak sebelum pernikahan), atau mengadopsi mereka (anak tidak sah biasanya nama mereka dibalik dari nama ayahnya, contoh: Kjidsmeir dari Riemsdijk) maka status mereka naik menjadi Eropa, jika tidak mereka adalah anak-anak inlander Indonesia.

[1] Tinneke Hellwig, Citra Kaum Perempuan di Hindia Belanda, (Jakarta: Yayasan Obor: 2007), hlm. 38.

ika tantri